REPUBLIKA.CO.ID, LA PAZ -- Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan telah mengundurkan diri jabatannya, Ahad (10/11). Atas keputusan itu, banyak warga pun turun ke jalan untuk merayakan peristiwa tersebut.
Laporan AP menyatakan, sebelum Morales menyelesaikan pernyataannya, orang-orang mulai membunyikan klakson mobil di La Paz dan kota-kota lain dan turun ke jalan untuk merayakan. Mereka mengibarkan bendera Bolivia dan menyalakan kembang api.
"Ini bukan Kuba, atau Venezuela. Ini Bolivia, dan Bolivia dihormati," teriak massa di ibu kota.
Kerumunan besar terbentuk di alun-alun utama di ibu kota, banyak orang bersukacita dan beberapa menangis bahagia. Para pengunjuk rasa berbaring di depan istana presiden dan membakar sebuah peti mati untuk melambangkan kematian pemerintahan Morales.
"Kami merayakan Bolivia bebas," kata seorang demonstran di dekat istana presiden.
Pengunduran diri Morales pun diikuti oleh beberapa pejabat lainnya, termasuk wakil presiden Garcia Linera dan kepala senat Adriana Salvatierra. Akan terjadi kekosongan kekuasaan di negara tersebut, mengingat mekanisme hukum menyatakan dengan tidak adanya presiden dan wakil presiden, kepala senat akan mengambil alih sementara.
Salvatierra pun ikut melepaskan jabatannya setelah pengumuman Morales. Satu-satunya pejabat lain yang didaftarkan oleh konstitusi sebagai penggantinya, kepala majelis rendah, pun sudah mengundurkan diri.
Selain itu, kepala Mahkamah Pemilihan Tertinggi Bolivia Maria Eugenia Choque mengundurkan diri setelah rilis temuan Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) atau lembaga melakukan audit suara suara dari pemilihan 20 Oktober. Kantor jaksa agung mengatakan, akan menyelidiki hakim pengadilan untuk kemungkinan penipuan dan polisi telah menahannya bersama dengan 37 pejabat lainnya atas dugaan kejahatan pemilu.