Sabtu 16 Nov 2019 11:45 WIB

Tuchel Hadapi Dilema di PSG

Hingga pekan ke-13, PSG memimpin Ligue 1 dengan keunggulan delapan poin.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Israr Itah
Pelatih PSG Thomas Tuchel
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Pelatih PSG Thomas Tuchel

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kemenangan 2-1 atas Brest, akhir pekan lalu, tidak hanya membawa Paris Saint Germain kembali ke jalur kemenangan di kancah Ligue 1, tapi memantapkan posisi Les Parisien di puncak klasemen sementara. Hingga pekan ke-13, PSG memimpin Ligue 1 dengan keunggulan delapan poin di puncak klasemen sementara dengan raihan 30 poin

Meski kiprah di Ligue 1 musim ini tidak secemerlang musim lalu, saat mampu menjaga catatan tidak terkalahkan hingga pekan ke-23, tapi PSG terbukti masih bisa menjaga dominasi di kancah Liga Prancis. Sejak pekan keempat, Les Parisien tidak pernah tergeser dari posisi teratas klasemen sementara Liga Prancis.

Skuat bermaterikan pemain-pemain kelas dunia menjadi salah satu alasan yang mengemuka terkait dominasi PSG tersebut. Di titik ini, pernyataan pelatih Olimpique Marseille, Andre Villas Boas, rasanya cukup masuk akal. Menurut pelatih asal Portugal itu, level PSG berada jauh di atas kontestan Liga Prancis lainnya. Dengan materi pemain yang dimiliki, tutur Villas Boas, PSG lebih layak tampil di luar Liga Prancis.

Kedalaman skuat, yang ditopang dengan barisan pemain kelas dunia dengan kualitas tidak jauh berbeda antara pemain, itu menjadi penyelamat PSG di laga kontra Brest. Hingga menit ke-80 skor masih 1-1 dan PSG mengalami kebuntuan. Pelatih PSG, Thomas Tuchel, akhirnya melakukan pergantian pemain, termasuk dengan memasukkan Mauro Icardi untuk menggantikan Edinson Cavani.

Hasilnya, lima menit setelah pergantian pemain tersebut, Icardi sukses mencetak gol dan memastikan kemenangan PSG dalam lawatan ke markas Brest tersebut. PSG pun kembali ke jalur kemenangan, usai di laga sebelumnya dibekap Dijon, 2-1, dua pekan lalu. Namun, di sisi lain, kedalaman skuat ini mulai menimbulkan masalah tersendiri buat Tuchel.

Pelatih asal Jerman itu kini menghadapi dilema terkait pemilihan pemain di tim utama Les Parisien, terlebih saat sejumlah pemain PSG telah pulih dari cedera. Dilema terbesar Tuchel bisa dibilang terletak di komposisi pemain di sektor penyerangan. Dengan pulihnya Cavani, dan mulai tajamnya Icardi, Tuchel setidaknya memiliki empat penyerang, termasuk Kylian Mbappe dan Choupou-Mouting.

Belum lagi dengan fleksibilitas posisi yang dimiliki winger dan gelandang serang PSG. Neymar, Angel Di Maria, dan Pablo Sarabia diketahui memiliki kualitas untuk menebar ancaman atau bahkan mencetak gol. Bahkan, hingga saat ini, Di Maria mampu tampil sebagai andalan baru Les Parisien dengan torehan delapan gol dan sembilan asisst dalam 18 laga di semua ajang.

Dilema yang dihadapi eks pelatih Borussia Dortmund itu sepertinya akan semakin besar pasca jeda internasional ketiga pada musim ini. Pasalnya, Neymar diprediksi sudah sembuh dari cedera dan dikabarkan sudah siap diturunkan. Salah satu cara yang ditempuh Tuchel untuk menjawab dilema ini adalah dengan mengubah formasi permainan PSG.

Dikenal sebagai pelatih yang gandrung dengan formasi 4-3-3, Tuchel sebenarnya dapat bereksperimen dengan menerapkan formasi 4-2-3-1. Perubahan ini dilakukan untuk mengakomodasi empat dari lima pemain bintang di lini serang PSG.

Namun, Tuchel agaknya tidak sepakat dengan ide ini. ''Saya tidak yakin, perubahan sistem dan formasi untuk bisa mengakomodasi pemain-pemain tertentu adalah ide bagus,'' kata Tuchel seperti dikutip L'Equipe, beberapa waktu lalu.

Kendati begitu, Tuchel sepertinya mesti bisa beradaptasi dan mulai terbuka dengan perubahan formasi. Selain demi memberikan menit bermain kepada para pemain bintang, tapi bukan tidak mungkin, di satu titik pada musim ini, Tuchel mesti menurunkan semua pemain di sektor penyerangan demi bisa meraih kemenangan, terutama saat berhadapan dengan tim-tim besar di pentas Liga Champions.

Selain itu, pelatih berusia 46 tahun itu diharapkan bisa menerapkan kebijakan rotasi pemain dengan tepat. Buruknya kebijakan rotasi pemain akan berimbas pada kecemburuan antar pemain di ruang ganti. Imbasnya, permasalahan klasik yang sempat menimpa ruang ganti PSG, yaitu pertarungan ego antara para pemain bintang, berpotensi kembali muncul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement