Kamis 14 Nov 2019 10:10 WIB

Indonesia Promosikan Moderasi Beragama di Mabims

Era digital telah mengubah kehidupan umat Islam makin kompleks.

Kementerian Agama menggelar pertemuan pakar falak MABIMS  bahas penggunaan teknologi dan metode hilal di Yogyakarta selama tiga hari,  8-10 Oktober.
Foto: Dok Kemenag
Kementerian Agama menggelar pertemuan pakar falak MABIMS bahas penggunaan teknologi dan metode hilal di Yogyakarta selama tiga hari, 8-10 Oktober.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Forum Senior Official Meeting (SOM) Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ke-44 digelar di Singapura beberapa hari lalu. Kegiatan ini dimanfaatkan Indonesia untuk mempromosikan dan mengampanyekan perihal Moderasi Beragama.

Kepala Badan Litbang dan Pendidikan Kementerian Agama, Abd Rahman Mas'ud, yang juga ditugaskan menjadi Ketua Delegasi dalam kegiatan tersebut memaparkan paper dengan tema: Masyarakat Islam Sukses Menyebarkan Islam Rahmat Lil Alamin.

Mas'ud menyampaikan jika masalah keberagamaan umat belakangan ini sangat kompleks. Hal ini seiring dengan perkembangan era digital yang mengubah banyak hal dalam kehidupan.

Era disrupsi telah melahirkan perubahan radikal yang sangat cepat dan mengakibatkan efek domino yang luar biasa dalam beragama. Kemudahan akses internet telah mengubah pola perilaku beragama.

"Era digital telah mengubah kehidupan umat Islam makin kompleks. Banyak perubahan radikal yang tidak pernah terjadi sebelumnya, sehingga disebut era disrupsi. Hal ini telah mengakibatkan efek domino yang luar biasa gara-gara pengaruh internet, termasuk mengubah pola perilaku beragama," ujarnya dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (14/11).

Lebih lanjut, Mas'ud menyampaikan masyarakat saat ini cenderung menyukai info atau berita yang provokatif. Karena hal tersebut, kini sering ditemukan pola beragama yang tekstual, serta mudah menyalahkan orang lain atau intoleran karena pemahaman agamanya yang rendah. 

Dalam rangka menangkal paham-paham literalis dan cenderung radikal, pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya moderasi beragama agar yang ekstrem kanan maupun ekstrem kiri mau menuju ke tengah.

Menurutnya, hakikat Islam itu ada di "tengah-tengah", bukan Islam "setengah-setengah". Sehingga, promosi moderasi beragama harus terus dilakukan, khususnya di negara-negara MABIMS yang sejak awal memiliki latar belakang sama.

"Dalam menghadapi paham dan gerakan radikal, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai pendekatan untuk moderasi beragama agar yang ekstren kanan dan kiri bisa menuju ke tengah. Karena, hakikat Islam itu ada di tengah, bukan Islam setengah-tengah," ujarnya.

Ia pun menyebut jika di negara Indonesia, terdapat banyak wisdom atau kearifan lokal yang menjadi perekat kebersamaan di tengah keragaman budaya, agama, maupun keyakinan. Dalam catatannya, di daerah Kudus, Jawa Tengah sesuai dengan warisan leluhur, hingga saat ini tidak ada muslim menyembelih binatang sapi demi menghormati keyakinan orang Hindu di daerah tersebut yang memuliakan sapi.

"Di wilayah Kudus, Jawa Tengah, tempat asal saya, di sana tidak ada umat Islam yang menyembelih sapi demi untuk menghormati saudaranya yang beragama Hindu dan menggantinya dengan kerbau. Jadi di Kudus itu yang ada sate kerbau, sop kerbau, bakso kerbau, dan lain-lain," ujarnya.

Paparan delegasi negara-negara MABIMS lainnya juga memiliki kesamaan cara pandang dengan Indonesia, namun berbeda pendekatan. Malaysia lebih menekankan pentingnya konsep Maqashid Syariah dengan lima pendekatan, yaitu: hormat, alami, mesra, harmoni, dan aman. 

Singapura pada penguatan toleransi dan pembinaan masyarakat harmoni menggunakan model Nabi Muhammad terhadap umat agama lain. Sementara Brunei Darussalam menekankan pentingnya pembinaan keluarga sejak dini dan remaja dengan pendekatan yang lebih kontekstual. Selain itu, faktor lainnya adalah komitmen Sultan dalam menjaga sendi-sendi Islam, khususnya dari ancaman pemikiran atau aliran yang dapat memecah belah Brunei.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement