Jumat 15 Nov 2019 14:43 WIB

Golkar Rentan Terbelah Jika Aklamasi

Golkar merupakan salah satu partai senior di Indonesia.

Rep: Nawir Arsyad/ Red: Muhammad Hafil
Partai Golkar
Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie ingin semua calon ketua umum partai bisa musyawarah mufakat atau aklamasi pada Musyawarah Nasional (Munas) untuk menyatukan kekuatan. Namun, Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia, Sulthan Muhammad Yus memiliki pendapat berbeda.

Menurutnya, Golkar merupakan salah satu partai senior di Indonesia. Persaingan sengit dalam pemilihan ketua umum merupakan hal yang lumrah terjadi jelang Munas 2019. Namun, masalah seperti ini juga membuat partai tersebut rentan bermasalah.

Baca Juga

"Jika ada pihak-pihak yang ingin meredam persaingan tersebut dengan memaksakan aklamasi, hal tersebut berbahaya bagi eksistensi Partai Golkar. Ancamannya adalah Golkar berpotensi terjerumus dalam lubang yang sama," ujar Sulthan saat dihubungi, Jumat (15/11).

Ia menjelaskan, pemilihan Ketua Umum Golkar secara aklamasi pernah menimbulkan masalah. Saat itu, Aburizal Bakrie terpilih secara aklamasi pada Munas di Bali pada 2014.

Namun hal itu justru memicu Munas tandingan di Ancol, yang memilih Agung Laksono secara aklamasi. Hal itu justru membuat Golkar, sehingga suara mereka turun.

"Kemudian Munaslub Partai Golkar 2016 yang memilih Setya Novanto secara aklamasi. Suara-suara kader yang kritis melihat Setnov sebagai sosok bermasalah menjadi terpinggirkan," ujar Sulthan.

Sedangkan saat ini, Golkar dinilai dalam kondisi yang normal. Maka dari itu, jika aklamasi dilakukan untuk membungkam salah satu calon, hal itu dipastikan akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

"Ketika aklamasi dipaksakan untuk membungkam suara-suara yang berbeda, di situlah sikap anti-demokrasi pihak yang memaksakan tersebut justru sangat terlihat," ujar Sulthan.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie ingin Partai Golkar di tahun 2024 harus bisa mencalonkan presiden atau wakil presiden dari kader partai sendiri. Oleh karenanya, Munas ke depan harus bisa menyatukan kekuatan.

"Kita pikirkan agar bagaimana beberapa calon ketum yang ada bisa berunding sehingga bisa menelurkan musyawarah mufakat. Kita kesampingkan ego-ego yang ada. Di situlah, Golkar akan menjadi pemenang," ujar pria yang akrab disapa Ical itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement