REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh kader Aisyiyah untuk terus menyebarkan dakwah pencerahan. Yakni, dakwah yang mengisi spirit keagamaan agar tidak menjadi bias.
Hal tersebut disampaikan Haedar saat membuka Tanwir II 'Aisyiyah di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta (Unisa). Tanwir sendiri digelar selama tiga hari sejak 16 hingga 18 November 2019.
Menurut Haedar, menanamkan apa yang menjadi pandangan Islam Muhammadiyah, juga menjadi tugas 'Aisyiyah. Tentunya dengan berdasarkan Alquran yakni berdakwah dengan bijak, pengetahuan yang baik dan sanggahan dengan cara yang baik.
"Tugas kita memahamkan apa yang menjadi pandangan Islam Muhammadiyah, tentu dengan cara yang hikmah dan mauidhoh hasanah," kata Haedar di Unisa, Ahad (17/11).
Haedar pun mempertegas posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan. Hal ini juga menjadi tema Tanwir II 'Aisyiyah yakni Dinamisasi Gerakan Menebar Islam Berkemajuan.
Haedar juga menyinggung munculnya kekerasan, konflik dan maraknya kebencian yang terjadi saat ini. Hal itu didasari karena masyarakat yang kehilangan panduan dalam menjalankan hidupnya.
Untuk itu, menjadi tugas dari Muhammadiyah dan 'Aisyiyah untuk terus berikhtiar memberikan dakwah mencerahkan dan memajukan kehidupan. Ia pun berharap seluruh pimpinan 'Aisyiyah untuk merespons segala persoalan yang ada di Indonesia.
"Dalam merespon hal kontroversial, agar menggunakan pendekatan bayani, burhani dan irfani serta pendekatan dakwah bil hikmah, mau’idhah hasanah, wa jaadilhum billatii hiya ahsan," jelas Haedar.
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini mengatakan, 'Aisyiyah ngin mengokohkan diri sebagai gerakan perempuan Islam berkemajuan. Sehingga, memberi manfaat bagi kepentingan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan di lingkup universal.
"Pada agenda Tanwir kali ini, ‘Aisyiyah akan memperkokoh gerakan di akar rumput, karena ‘Aisyiyah dapat mengetahui secara langsung denyut kehidupan masyarakat," kata Noordjannah.
Ia sendiri melihat banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia. Baik itu kemiskinan, korupsi bahkan hingga kekerasan, termasuk perempuan.
Dalam situasi tersebut, katanya, dakwah Islam berkemajuan menjadi sangat relevan. Islam Berkemajuan merupakan Islam yang mengedepankan toleransi dan penghargaan kepada semua.
Untuk itu, nilai-nilai Islam berkemajuan akan menjadi pijakan dalam dakwah berkemajuan ‘Aisyiyah. Yang mana, katanya, membawa umat untuk berikhtiar menjadi manusia yang maju dan berguna bagi kehidupan bangsa dan negara.
"Oleh karena itu, semua elemen harus bekerja keras membangun negeri ini. Kalau kita ingin maju, kita tidak boleh berpangku tangan. Kita harus berupaya sekuat tenaga," ujarnya.
Tanwir II ‘Aisyiyah kali ini bersamaan dengan Tasyakur Akbar 100 tahun TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA). TK ABA yang semula bernama Frobel School, telah digagas oleh pegiat ‘Aisyiyah pada 1919.
“Kami sampaikan syukur bahwa ‘Aisyiyah melalui TK ABA sebagai amal usaha yang telah 100 tahun berkhidmat bagi negeri ini mencerdaskan bangsa," katanya.
Melalui TK ABA, jelasnya, menunjukkan fokus Muhammadiyah dan 'Aisyiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya melalui layanan pendidikan anak usia dini (PAUD), dengan memberikan akses pendidikan bagi anak sebagai generasi penerus bangsa.
"Setelah 100 tahun berdiri, kurang lebih 20.000 TK ABA atau sekitar 20 sampai 25persen PAUD di Indonesia telah tersebar di seluruh pelosok negeri hingga daerah tertinggal, terdepan dan terluar di Indonesia," tambahnya.