Senin 18 Nov 2019 14:41 WIB

Cina Minta AS tidak Pertegang Kondisi Laut Cina Selatan

Cina mengklaim hampir semua perairan yang kaya energi di Laut Cina Selatan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Kepulauan kecil di kawasan Laut China Selatan daerah ini sudah lama menjadi sumber konflik antarsejumlah negara di Asia.
Foto: AP
Kepulauan kecil di kawasan Laut China Selatan daerah ini sudah lama menjadi sumber konflik antarsejumlah negara di Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Cina meminta militer Amerika Serikat (AS) berhenti mempertegang kondisi di Laut Cina Selatan. Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe langsung menyampaikan keberatan kepada Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Senin (18/11).

Selama pembicaraan tertutup di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan di Bangkok, Wei mendesak Esper. "Menghentikan ketegangan kekuatan di Laut Cina Selatan dan untuk tidak memprovokasi dan meningkatkan ketegangan di Laut Cina Selatan," kata juru bicara Cina Wu Qian.

Baca Juga

Cina mengklaim hampir semua perairan yang kaya energi di Laut Cina Selatan dengan mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan. Namun, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim atas sebagian laut tersebut.

AS menuduh Cina melakukan militerisasi Laut Cina Selatan dan berusaha mengintimidasi tetangga-tetangga negara Asia lainnya. Tekanan ini memungkinkan negara tersebut mengeksploitasi cadangan minyak dan gas senilai triliun dolar.

Angkatan Laut AS secara teratur mendesak kerberadaan Cina. Mereka melakukan operasi kebebasan navigasi oleh kapal-kapal yang dekat dengan pulau-pulau yang diduduki Beijing di Laut Cina Selatan.

"Kami (meminta) AS berhenti melakukan intervensi di Laut Cina Selatan dan menghentikan provokasi militer di Laut Cina Selatan," kata Wu.

Penyataan itu muncul setelah dua minggu pejabat tinggi Gedung Putih mengecam intimidasi Cina di jalur air yang sibuk. Sehari sebelum pertemuan pun Esper secara terbuka menuduh Beijing semakin menggunakan paksaan dan intimidasi untuk memajukan tujuan strategisnya di wilayah tersebut.

Wei dan Esper juga membahas masalah-masalah pelik, termasuk Hong Kong yang dikuasai Cina, yang telah berbulan-bulan terjadi protes antipemerintah. Keduanya juga berbicara tentang Taiwan, wilayah yang diklaim Cina tidak patuh dan merupakan masalah teritorial Partai Komunis yang paling sensitif dan penting.

"Tidak akan menoleransi insiden kemerdekaan Taiwan," kata Wu menambahkan menentang kontak resmi atau militer dengan Taiwan.

Cina di masa lalu mengancam akan menyerang Taiwan kalau mengadakan pemilihan presiden tahun depan. "Sisi Cina juga mengharuskan AS untuk secara hati-hati menangani masalah terkait Taiwan dan tidak menambah ketidakpastian baru ke Selat," kata Wu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement