REPUBLIKA.CO.ID, GALAPUANG— Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam menyatakan tidak ada korban luka, korban jiwa atau nyawa saat kejadian banjir bandang yang melanda Jorong Galapuang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam pada Rabu (20/11) malam WIB kemarin.
Menurut Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Agam, Rinaldi, sebelum bencana datang, warga sudah menyelamatkan diri ke tempat aman. Sehingga saat material tanah dan bebatuan yang longsor dari atas Bukit Kuduak Banting meluncur ke pemukiman, warga sudah berada di titik aman.
"Jorong Galapuang ini memang zona merah. Penelitian dari Kementerian ESDM, memang tanah perbukitan ini rawan bergerak. Apalagi di saat musim hujan," kata Rinaldi kepada Republika.co.id, Kamis (21/11).
Rinaldi menceritakan memang sejak 2010 lalu pascagempa besar di Sumatra Barat, Galapuang sudah ditetapkan sebagai zona merah rawan longsor. Sehingga masyarakat sekitar sudah paham untuk menghadapi situasi bencana. Bila cuaca sudah memasuki musim hujan, warga sudah siap untuk mengungsi.
Dalam satu tahun terakhir, longsor sudah tiga kali terjadi di Jorong Galapuang ini. Terakhir adalah pada Juni lalu. Saat itu longsor dalam intensitas kecil dan hanya berupa air dan lumpur.
"Memang sudah sering di sini terjadi longsor. Tapi yang besar dan yang longsor itu bebatuan besar bercampur air dan lumpur baru ini," ucap Rinaldi.
Sebenarnya pemerintah sudah mulai merelokasi warga yang bermukim di Jorong Galapuang di bawah bukit Kuduak Banting ini untuk pindah ke pemukiman aman. Pemukiman relokasi yang disiapkan pemerintah berada di kawasan Dama Gadang.
Di Dama Gadang, kata Rinaldi sudah disiapkan sebanyak 113 unit rumah. Jumlah warga yang harusnya direlokasi dari Jorong Galapuang sebanyak 800 KK. Pihaknya akan terus melakukan relokasi sembari mensosialisasikan dengan cara mensugesti warga.
Karena sampai saat ini masih ada warga yang enggan direlokasi karena merasa di Galapuang adalah tempat tinggal dan harta bendanya berada. Begitu juga dengan tempat mata pencaharian sebagai petani dan nelayan.
"Tempat relokasi sudah kami sediakan. Tapi belum semua mau direlokasi," ujar Rinaldi.