REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Legislator yang juga Ketua Komisi II DPRK Banda Aceh, Aiyub Bukhari, prihatin setelah melihat kondisi makam Sultan Jamalul Alam Badrul Munir, Sultan ke-22 Kesultanan Aceh.
"Kami prihatin setelah melihatnya karena kurang terawat dan lokasinya terimpit di antara bangunan pertokoan," kata Aiyub Bukhari di Banda Aceh, Kamis (21/11).
Politisi Partai Demokrat itu menyebutkan dirinya bersama sejumlah Anggota DPRK Banda Aceh sudah melihat langsung makam raja Aceh tersebut di kawasan Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman.
Oleh karena itu, Aiyub Bukhari meminta Pemerintah Kota Banda Aceh memberikan perhatian serius terhadap makam Sultan Aceh tersebut dengan memugar dan merawatnya.
Aiyub Bukhari menyebutkan makam Sultan Aceh maupun cagar budaya lainnya merupakan aset dan catatan sejarah yang dimiliki masyarakat Kota Banda Aceh. Semua itu menjadi pembelajaran bagi generasi sekarang dan mendatang.
"Karena itu, makam Sultan Aceh tersebut harus segera dirawat, jangan sampai nanti hanya tinggal sejarah saja. Makam Sultan Aceh itu merupakan situs sejarah yang akan diwariskan kepada generasi mendatang," kata Aiyub Bukhari.
Senada juga dikemukakan Ketua Komisi IV DPRK Banda Aceh, Tati Meutia Asmara. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengajak masyarakat menjaga dan merawat situs sejarah maupun cagar budaya.
"Tidak hanya makam Sultan Jamalul Alam Badrul, tetapi juga makam Sultan Aceh lainnya yang harus dijaga dam dirawat, termasuk peninggalan sejarah lainnya," kata Tati Meutia Asmara.
Sultan Jamalul Alam Badrul Munir merupakan Sultan ke 22 di Kesultanan Aceh, memerintah pada 1703 dan merupakan sultan ketiga dari Wangsa Syarif yang memerintah Aceh sejak 1699.