REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hyundai Motor Company (HMC) mengumumkan rencana investasinya sebesar 1,55 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21,8 triliun di Indonesia. Sebagian investasi akan digunakan untuk memproduksi kendaraan berteknologi listrik dan sisanya untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan.
Rencana ini disampaikan HMC dalam kunjungan pemerintah Indonesia ke Ulsan, Korea Selatan, Selasa (26/11). Rencana tersebut disahkan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah dengan HMC yang ditandatangani oleh Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Presiden & CEO Hyundai Motor Company Won Hee Lee. Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut hadir menyaksikan penandatanganan bersama Executive Vice Chairman Hyundai Euisun Chung.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan, investasi Hyundai diyakini mampu memberikan nilai tambah besar untuk perekonomian Indonesia. "Di antaranya, penyerapan 5.000 tenaga kerja dan pengembangan pusat pelatihan, penelitian dan pengembangan mobil listrik," tuturnya melalui siaran pers, Rabu (27/11).
Bahlil meminta kepada Hyundai untuk dapat memaksimalkan penggunaan bahan baku dari Indonesia dan bekerjasama dengan pengusaha lokal. Dengan begitu, semua mobil listrik yang diproduksi di Indoesia menggunakan bahan dari dalam negeri. Permintaan ini disampaikan guna memaksimalkan multiplier effect di tingkat domestik.
Realisasi investasi Hyundai Motor Company di Indonesia direncanakan akan dilakukan melalui dua tahap yaitu tahun 2019–2021 dan tahun 2022–2030. Pada fase pertama, Hyundai akan berfokus pada investasi pabrik pembuatan mobil Hyundai yang akan berlokasi di Jawa Barat dan akan mengekspor setidaknya 50 persen dari total produksi.
Hyundai akan mulai berproduksi pada 2021, dengan kapasitas 70 ribu hingga 250 ribu unit per tahun, termasuk mobil listrik ke depannya. Sementara itu, Fase kedua akan berfokus pada pengembangan pabrik pembuatan mobil listrik, pabrik transmisi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat pelatihan. Sebanyak 70 persen produk Hyundai akan diekspor pada tahapan ini.
Direktur Promosi Sektoral BKPM Imam Soejoedi mengatakan, bukan tanpa alasan Hyundai memilih Indonesia sebagai tempat invstasi. Salah satu alasannya, karena Indonesia memiliki bahan baku bijih nikel yang digunakan untuk baterai Lithium-ion sebagai komponen penting kendaraan listrik. Di sisi lain, sudah ada beberapa perusahaan yang mengembangkan industri baterai untuk mobil listrik, seperti di Morowali.
Imam menambahkan, rencana pengembangan mobil listrik ini disambut baik oleh sejumlah perusahaan. Misalnya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang kini sudah menyediakan sembilan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). "Grab juga telah menyatakan siap bekerjasama dalam penggunaan mobil listrik di Indonesia," ujarnya.
Untuk memaksimalkan produksi mobil listrik, Imam mengatakan, pemerintah Indonesia tengah melakukan pendekatan terhadap beberapa pabrikan baterai kendaraan listrik asal negara-negara Asia Timur. Harapannya, mereka dapat membantu Indonesia sebagai pusat produksi global untuk baterai listrik.