REPUBLIKA.CO.ID, MAGETAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan, Jawa Timur, kembali menyalurkan bantuan air bersih. Krisis air masih terjadi di sejumlah desa di wilayah kabupaten setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Magetan Ari Budi Santosa mengatakan meski di Magetan telah turun hujan, namun curahnya belum dapat memulihkan sumber air dan sumur warga yang kering saat puncak kemarau lalu. Hal itu yang membuat BPBD masih melakukan distribusi bantuan air bersih, meski sebelumnya telah dihentikan.
"Bantuan air bersih ini merupakan penyaluran bantuan sosial (bansos) dari masyarakat," ujar Ari kepada wartawan, Kamis (28/11).
Menurut dia, jumlah desa yang mengalami krisis air bersih berkurang seiring mulai memasuki musim hujan. Sebelumnya, BPBD setempat memetakan terdapat 12.023 jiwa di 11 desa dan tiga kecamatan yang rawan air bersih selama musim kemarau tahun ini.
Ari menjelaskan total jumlah air bersih yang didistribusikan selama penanganan kekeringan 2019 mencapai 130.800 liter. Sesuai data, dari 11 desa yang mengalami kekeringan, krisis air bersih terparah dialami oleh warga di Kecamatan Parang. Hal itu karena tidak semua warga di wilayah tersebut terdaftar sebagai pelanggan PDAM.
"Selain itu, beberapa rumah penduduk belum mempunyai fasilitas galian sumur dalam, juga beberapa warga ada yang tidak mampu. Sehingga butuh bantuan air bersih," katanya.
Ia menegaskan, BPBD akan terus melakukan distribusi air bersih selama hal tersebut dibutuhkan warga. Adapun pengiriman akan dihentikan ketika sumber air bersih warga pulih.