Selasa 03 Dec 2019 11:45 WIB

Sejarah Hari Ini: Ledakan Pabrik Tewaskan Dua Ribu Orang

Ledakan pabrik pestisida di India pada 1984 jadi kecelakaan industri terburuk

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Ledakan pabrik pestisida di India pada 1984 jadi kecelakaan industri terburuk. (ilustrasi)
Foto: EPA/ Wu Hong
Ledakan pabrik pestisida di India pada 1984 jadi kecelakaan industri terburuk. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BHOPAL -- Pada 3 Desember 1984, kecelakaan terburuk dalam sejarah industri dunia terjadi. Sebuah ledakan di pabrik pestisida, Union Carbide di kota Bhopal, India menyebabkan setidaknya dua ribu orang meninggal dunia dan 200 ribu orang lainnya terluka. Kala ledakan terjadi, gas beracun menyelimuti kota.

Bhopal adalah kota berpenduduk hampir satu juta orang di wilayah Madhya Pradesh India yang berada antara New Dehli dan Bombay. Pabrik pestisida Union Carbide terletak di Jai Prakash Nagar, daerah yang sangat miskin di kota itu.

Baca Juga

Dilansir History, beberapa kritikus menuduh beberapa faktor yang menyebabkan ledakan. Pertama, peralatan yang ketinggalan zaman, kedua manajemen tak baik, dan ketiga prosedur pemeliharaan dan keselamatan yang tak memadai.

Pada hari sebelumnya yakni Ahad (2/12), 100 pekerja di shift akhir sedang dalam proses pembuatan pestisida Sevin. Proses itu melibatkan pencampuran karbon tetraklorida, metil isosianat (MIC), dan alfa-napthol. Selama 12 jam berikutnya, serangkaian kesalahan yang mengejutkan menyebabkan bencana. MIC di pabrik disimpan dalam tiga tangki 15 ribu galon yang terkubur sebagian. 

Ketika ada masalah dengan salah satu tangki, nitrogen dipaksa untuk mengekstraksi MIC. Namun prosesnya tidak berfungsi dengan benar, baik MIC maupun nitrogen yang bocor. Pada sekitar pukul 23.00 alat pengukur mulai menunjukkan tingkat tekanan berbahaya di dalam tangki, namun para pekerja mengira instrumen tersebut tidak berfungsi. Mereka pun tidak mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. 

Pada pukul 23.30, para pekerja di sekitar tangki sedang mengalami reaksi fisik terhadap kebocoran. Bahkan kemudian, seorang pengawas pabrik bernama Shakil Qureshi memutuskan untuk menunggu sampai setelah istirahat untuk melihat situasi. Pada saat itu sudah terlambat dan kepanikan terjadi ketika ledakan mengguncang pabrik sekitar pukul 00.15.

Petugas pemadam tak bisa mencoba menggunakan tirai air untuk menghentikan gas yang keluar dari pabrik. Gas hanya mengalir di atas air. Sepotong peralatan yang disebut scrubber gas ventilasi, dimaksudkan untuk mencegah penyebaran gas beracun, juga gagal beroperasi.

Di tengah-tengah kekacauan, para pengemudi bus darurat lari bukannya membawa para pekerja ke tempat yang aman malah menyelamatkan diri sendiri. Lebih buruk lagi, pabrik gagal untuk segera memberi tahu pihak berwenang setempat kemudian mengklaim bahwa telepon tidak berfungsi.

Orang-orang yang tinggal di sekitar pabrik cukup dekat untuk mendengar alarm tetapi mengabaikannya karena alarm di pabrik sangat sering terjadi. Cuaca dingin malam itu membuat gas dekat dengan tanah dan diam-diam menghabiskan Bhopal.

Paparan gas menyebabkan muntah dan kesulitan bernapas. Korban membanjiri rumah sakit daerah yang tidak siap untuk serangan ini. Perawatan terbaik dan paling efektif adalah kain basah sederhana di wajah. Akan tetapi hampir tidak ada tenaga medis yang membagikan informasi ini.

Jumlah korban yang pasti tidak mungkin ditentukan setelah bencana ini, tetapi sebagian besar perkiraan menempatkan korban tewas lebih dari dua ribu. Diperkirakan 200 ribu orang terpengaruh oleh paparan gas. Beberapa orang buta.

Banyak orang  mengalami masalah tidur atau pencernaan yang serius setelah bencana. Sekitar 10-20 persen dari mereka yang terpapar masih mengalami masalah serius, seperti kehilangan memori dan kerusakan saraf hingga setahun kemudian.

Pejabat Union Carbide pun ditangkap. Namun, tidak ada yang dihukum meskipun bukti menunjukkan bahwa manajemen secara substansial lalai dalam pengelolaan pabrik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement