Selasa 03 Dec 2019 17:15 WIB

Jelang Nataru Ketersediaan Pangan Jateng Cukup Stabil

Pemprov Jateng berupaya agar kebutuhan pangan terpenuhi jelang nataru.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Hafil
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar menjelang nataru (ilustrasi).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Antrean warga membeli sembako murah pada operasi pasar menjelang nataru (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Ketersediaan komoditi pangan di Jawa Tengah, jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2019/ 2020 terpantau aman. Bahkan sejumlah komoditi pangan saat ini dalam kondisi surplus.

Sehingga, selain untuk kebutuhan daerah sendiri-- Jawa Tengah pun siap untuk mensuplai jika ada permintaan daerah lain yang defisit pangan menjelang libur akhir tahun ini.

Baca Juga

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Agus Suryanto mengatakan libur Natal dan Tahun baru ini tingkat konsumsi pangan di Jawa Tengah diprediksi meningkat hingga 5 persen.

Kendati begitu, lonjakan konsumsi pangan tersebut tidak akan banyak mempengaruhi persediaan pangan bagi Provinsi Jawa Tengah.

"Karena memang sejumlah komoditi pangan di Jawa Tengah mengalami surplus atau ketersediaan lebih besar dibanding tingkat konsumsi," ungkapnya, di Semarang, Selasa (3/12).

Menurutnya, Pemprov Jawa Tengah berupaya menjamin agar setiap individu masyarakat di Jawa Tengah tidak akan mengalami kekurangan pangan akibat lonjakan konsumsi akhir tahun.

Beberapa komoditi yang mengalami surplus di antaranya beras, sampai dengan hari ini masih mengalami surplus hingga sebanyak 3,6 juta ton, kendati sebagian wilayah Jawa Tengah mengalami perlambatan produktifitas pangan akibat musim kemarau.

Sementara untuk tingkat konsumsi beras di Jawa Tengah berdasarkan catatan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah berkisar 3,2 juta ton per tahun atau mencapai 94 kilogram per kapita.

Artinya, angka surplus pangan tersebut masih melampaui angka kebutuhan per tahun di Jawa Tengah. "Di lain pihak kemampuan produksi pangan (beras) di Jawa Tengah mencapai 6,9 juta ton per tahun," katanya.

Sementara itu, lanjut Agus, untuk komoditas daging, Jawa Tengah dikenal sebagai penyangga kebutuhan daging bagi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), dengan kemampuan suplai hingga 70 ribu ekor per tahun. 

Di lain pihak, ketersediaan suplai daging di Jawa Tengah juga masih mengalami surplus. "Karena dalam satu tahun kita memiliki sapi potong sebanyak 1,6 juta ekor, 4 juta ekor kambing serta 2 juta ekor domba," jelasnya. 

Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan menjelang libur Nataru mulai akhir tahun ini, masih jelas Agus, Pemprov Jawa Tengah telah memperlebar kran distribusi ke seluruh daerah.

Dengan kondisi ini, ia memastikan kondisi pangan di Jawa Tengah untuk Nataru 2019/ 2020 kali ini tetap stabil. Kendati begitu guna mengantisipasi kenaikan harga pangan, bakal disiapkan langkah- langkah operasi pasar.

Termasuk kesiapan infrastruktur distribusi dan kestabilan harga. Karena di Jawa Tengah ada 200 lembaga usaha pangan masyarakat ditambah 850 toko tani.

Infrastruktur ini juga disiapkan untuk memastikan distribusi tersalur dan harga tetap stabil. "Sebagai contoh, jika harga beras di toko mencapai Rp 9.500, di toko tani harga beras hanya Rp 8.800," jelasnya. 

Dengan kemampuan tersebut, Agus mengatakan Jawa Tengah juga siap untuk mensuplai daerah lain, jika dalam menghadapi libur Nataru ini ada daerah yabg membutuhkan dukungan pasokan pangan.

Agus juga menyampaikan, sistem yang dilaksanakan di Jawa Tengah ini juga untuk mengantisipasi jika pihak- pihak tertentu yang ingin nakal memanfaatkan lobjakan konsumsi pangan.

Karena biasanya, dengan adanya lonjakan kebutuhan pangan dan harga yang diharapkan stabil, ternyata kualitasnya justru menurun karena dimanfaatkan pihak- pihak tertentu yang ingin mencari keuntungan lebih besar. 

"Kecuali kedelai. Karena kedelai kita defisit sampai 200 ribu ton dan kebutuhannya masih disangga oleh kedelai impor," tambahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement