Selasa 03 Dec 2019 15:51 WIB

Len: Gunakan PLTS, SPBU Pertamina Hemat Biaya Listrik

PT Pertamina Retail saat ini menggunakan PLTS sebagai sumber energinya.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Petugas melakukan perawatan rutin pada instalais Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (Ilustrasi). PT Len Industri (Persero) tersebut bisa menghemat biaya listrik hingga 20 persen dibanding sebelum menggunakan PLTS.
Foto: Thoudy Badai
Petugas melakukan perawatan rutin pada instalais Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (Ilustrasi). PT Len Industri (Persero) tersebut bisa menghemat biaya listrik hingga 20 persen dibanding sebelum menggunakan PLTS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 139 unit SPBU (Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum) milik PT Pertamina Retail saat ini menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai sumber energinya. Pembangunan PLTS Atap yang turut dikerjakan oleh PT Len Industri (Persero) tersebut bisa menghemat biaya listrik hingga 20 persen dibanding sebelum menggunakan PLTS.

"PT Len turut membangun PLTS dengan kapasitas sekitar 1,3 MWp (Mega Watt peak) untuk 139 SPBU milik PT Pertamina Retail. Penghematannya hingga 20 persen," ungkap Made Sandika, Manager Pemasaran dan Penjualan dari Unit Bisnis Energi dan Sistem Daya PT Len, Selasa (3/12).

Baca Juga

Sebagai contohnya panel surya yang dipasang di SPBU Pertamina Kuningan Jakarta, yang telah memasang 60 ribu Wp dengan sistem hybrid. Untuk kebutuhan SPBU PLTS ongrid dengan sistem PLN, sementara tenant dipasang dengan sistem hybrid, untuk menjaga agar ketika listrik mati tetap ada daya yang mengalir.

Made mengaku, dengan sistem yang ada pihaknya bisa menekan harga listrik menjadi lebih murah 20 persen, sekitar Rp 1.200 per watt-nya. "Harga lebih murah ini kami dapat dari dengan menekan biaya EPC (Engineering, Procurement, & Construction) dan kita mendapatkan pendanaan dengan bunga yang rendah yakni sebesar 5-6 persen," ujar Made.

Ditambahkan Made, PT Len mendapatkan bunga rendah tersebut karena bukan meminjam dari bank konvensional namun dari Green Fund (dana yang disimpan oleh bank hasil dari eksplorasi atau konservasi energi). "Dana Green ini yang kita pakai, karena jika menggunakan pendanaan dari bank konvensional yang umumnya berbunga 9-11 persen maka tidak akan tercapai harga Rp 1.200 tersebut," tambah Made.

Kerja sama yang dilakukan antara PT Len dan PT Pertamina Retail tersebut bukanlah kerja sama jual beli listrik namun sewa alat sehingga tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.

"Dengan Pertamina Retail kita menggunakan sinergi BUMN, konsepnya dengan penunjukkan langsung. Konsep yang kita gunakan bukanlah jual beli tarif tenaga listrik, namun sewa alat dan kebetulan alatnya menghasilkan listrik dan kebetulan listriknya lebih murah," tuturnya.

Made juga menjelaskan, bahwa PLTS yang dipasang di SPBU Pertamina tersebut memiliki tingkat kandungan dalam negeri sebesar 43,5 persen dengan perkiraan Internal Rate Of Return (IRR) akan dapat diperoleh dalam waktu 10 tahun dengan masa pemakaian alat 20 tahun.

Pembangunan PLTS di SPBU-SPBU Pertamina merupakan bagian dari sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan yang pemanfaatannya masih rendah yakni baru mencapai 9.76 GW atau 2.2 persen dari potensi yang ada yang mencapai 442 GW.

Kerja sama ini juga untuk mendukung program pemerintah untuk mencapai target Bauran Energi Nasional 23 persen dari energi baru terbarukan pada tahun 2025 dengan kontribusi dari PLTS yang ditargetkan sebesar 6,5 GWp (Giga Watt peak).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement