Rabu 04 Dec 2019 18:18 WIB

Raja Salman Undang Emir Qatar ke KTT GCC

Saudi dan Qatar terlibat perselisihan diplomatik sejak pertengahan 2017.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Raja Salman Undang Emir Qatar ke KTT GCC .
Foto: Reuters
Raja Salman Undang Emir Qatar ke KTT GCC .

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud mengundang Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani untuk menghadiri KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) ke-40 di Riyadh pada 10 Desember mendatang. Saudi dan sekutunya terlibat perselisihan diplomatik dengan Qatar sejak pertengahan 2017.

"Emir, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menerima pesan tertulis dari Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Kerajaan Arab Saudi untuk menghadiri sesi ke-40 Dewan Tertinggi GCC," kata Kementerian Luar Negeri Qatar di situs resminya pada Selasa (3/12), dikutip Aljazirah.

Baca Juga

Undangan tersebut diterima Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani saat bertemu Sekretaris Jenderal GCC Abdulatif bin Rashid Al Zayani. Namun, Kementerian Luar Negeri Qatar tak menerangkan apakah Sheikh Tamim akan memenuhi undangan tersebut atau tidak.

KTT GCC ke-40 sebenarnya hendak dihelat di Uni Emirat Arab (UEA). Namun, tak ada penjelasan dari pejabat GCC mengapa tempat perhelatannya dipindah ke Riyadh. Tahun lalu, Saudi juga menjadi tuan rumah KTT GCC. Konferensi berakhir tanpa menghasilkan terobosan untuk menyelesaikan krisis diplomatik dengan Qatar.

photo
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani.

Pada akhir Oktober lalu, Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah menyerukan agar sengketa diplomatik dengan Qatar segera diakhiri. Menurut Sheikh Sabah, perselisihan antara negara-negara tersebut sangat melemahkan persatuan GCC yang beranggotakan Qatar, UEA, Saudi, Oman, Kuwait, dan Bahrain.

“Sangat penting untuk menarik perhatian Anda pada kerusuhan yang melanda wilayah kita yang menimbulkan ancaman dan dampak besar, tidak hanya pada stabilitas dan keamanan kita, tapi juga generasi mendatang,” kata Sheikh Sabah.

Dia mengaku tak dapat menerima perselisihan yang sedang berlangsung di antara negara-negara GCC. “Ini telah melemahkan kemampuan kita dan merusak keuntungan kita,” ujarnya.

Krisis Teluk terjadi pada Juni 2017, yakni ketika Saudi dan sekutunya menuding Qatar mendukung kegiatan terorisme serta ekstremisme di kawasan. Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha. Mereka juga memboikot negara tersebut.

Keempat negara mengajukan 12 tuntutan jika Qatar ingin memulihkan hubungannya. Tuntutan itu antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah.

Qatar telah membantah tudingan yang dilayangkan oleh keempat negara tersebut. Ia pun menolak memenuhi tuntutan Saudi dan sekutunya karena dianggap tak masuk akal.

Amerika Serikat (AS), termasuk Kuwait, telah berupaya memediasi dan mendamaikan negara-negara terkait. Namun, usaha tersebut tak membuahkan hasil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement