Kamis 05 Dec 2019 09:28 WIB

Bongkar Muat di Pelabuhan Kuala Tanjung Naik Tiga Kali Lipat

Pelabuhan Kuala Tanjung yang terintegrasi dengan kawasan industri cukup menguntungkan

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Pelabuhan Kuala Tanjung
Foto: Foto: Humas Ditjen Hubla
Pelabuhan Kuala Tanjung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelabuhan Kuala Tanjung yang beroperasi secara komersil pada April 2019l saat ini sudah mengalami peningkatan aktivitas bongkar muat. PT Prima Multi Terminal (PMT) yang mengelola Pelabuhan Kuala Tanjung mencatat kenaikan bongkar muat mencapai tiga kali lipat. 

"Awalnya 1.300 TEUs pada bulan Mei menjadi lebih dari 3.500 TEUs pada bulan November 2019," kata Manajer Pemasaran PMT Harman Simbolon, Kamis (5/12). 

Baca Juga

Harman menjelaskan bongkar muat curah cair juga mengalami peningkatan dari dua ribu ton pada Agustus 2019 menjadi hampir 30 ribu ton dalam waktu tiga bulan. Kenaikan juga terjadi pada bongkar muat general kargo dari sekitar lima ribu ton pada Juli 2019 menjadi hampir tujuh ribu ton pada November 2019.

Dia mengatakan saat ini terdapat beberapa bisnis yang sedang dikelola PMT. "Ini mulai dari peti kemas domestik dan internasional, curah cair domestik, dan internasional, serta general kargo," jelas Harman. 

Harman menambahkan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) juga siap mengembangkan jasa kepelabuhan baru yaitu bongkar muat curah kering pada Januari 2020. Kerja sama tersebut dipastikan akan menggaet beberapa perusahaan di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara. 

"Kita konsepnya kejar bola. Kita berikan free time storage atau penumpukan selama 14 hari dan diskon untuk beberapa kegiatan kepada para pelaku bisnis yang melalui pelabuhan Kuala Tanjung. Kita terbuka untuk melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai kebutuhan klien," ungkap Harman.

photo
Bongkar muat di Pelabuhan Kuala Tanjung

Dia menambahakan, Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki potensi besar karena berada di selat tersibuk di dunia yaitu Selat Malaka. Apalagi, kata Harman, keberadaanya memiliki dua fungsi yaitu sebagai pusat alih muatan kapal dan sebagai pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri.

"Maka keberadaanya diharapkan dapat menekan biaya logistik dan menjadi daya saing logistik Indonesia dengan negara lain," kata Harman. 

Potensi yang dimiliki pelabuhan tersebut juga tergolong besar. Harman mengatakan tidak hanya karena statusnya sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan fasilitasnya yang canggih, namun juga akan dibentuknya Kawasan Industri Kuala Tanjung seluas 3.400 hektare.

Demi mempercepat perkembangan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I (Persero) yang merupakan induk perusahaan juga menandatangani Head of Agreement (HoA) atau Pokok-pokok Perjanjian Optimalisasi Pelabuhan Kuala Tanjung dengan Port of Rotterdam Authority dan Zhejiang Provincial Seaport Investment & Operation Group Co Ltd pada 14 November lalu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement