REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Masa tanam padi di sebagian Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mundur akibat kemarau panjang. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap Supriyanto mengatakan saat ini baru sekitar 23 ribu hektare sawah yang telah selesai tanam.
"Belum sampai separuh dari potensi luas tanam pada musim tanam I tahun 2019-2020 yang mencapai kisaran 50 ribu hektare," katanya di Cilacap, Jateng, Kamis (5/12).
Hal itu disebabkan area persawahan di sebagian besar lahan persawahan yang masuk Daerah Irigasi (DI) Manganti mulai dari Kecamatan Kawunganten ke arah barat belum terairi karena airnya belum maksimal. Kendati demikian, dia mengatakan petani di sebagian wilayah DI Manganti sudah mulai menanam padi dengan segala kemampuan mereka. Salah satunya dengan menyedot air menggunakan pompa yang disediakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap.
"Padahal petani di daerah Majenang ke arah barat, biasanya tidak mengenal musim (tanam padinya terus-menerus, red.) karena airnya selalu tersedia. Namun karena kemaraunya sangat panjang, sampai sembilan bulan, sumber airnya pun berkurang sehingga berat juga," katanya.
Bahkan hingga saat ini, kata dia, hujan juga masih jarang turun di sebagian wilayah Cilacap. "Kemarin petani sudah semangat turun ke sawah karena sudah mulai hujan, tahu-tahu hujannya berhenti sehingga kering lagi," katanya.
Selain di DI Manganti, kata dia, sebagian petani di wilayah timur Cilacap yang masuk DI Serayu seperti Kecamatan Adipala dan Nusawungu hingga saat ini belum mulai tanam. Hal ini karena air irigasinya belum sampai sampai ke daerah itu.
Ia mengatakan berdasarkan data, area persawahan di DI Serayu yang potensi tanamnya sekitar 17 ribu hektare, hingga bulan November baru sekitar 10 ribu hektare yang sudah selesai tanam padi.
Disinggung mengenai area persawahan di Kecamatan Sampang khususnya Desa Brani, Supriyanto mengakui jika sebagian besar sawah di wilayah tersebut merupakan sawah tadah hujan. Area persawahan di Desa Brani yang sebenarnya berada cukup dekat dengan Sungai Serayu justru tidak bisa terairi dari DI Serayu karena lokasinya cukup tinggi sehingga air irigasinya tidak bisa naik.
"Selisih ketinggian area persawahan di Desa Brani dengan Desa Karangtengah (yang dialiri air dari DI Serayu) sekitar 90 centimeter," kata dia.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya saat sekarang sedang membangun embung untuk mengatasi persoalan pengairan sawah di Desa Brani. Embung tersebut dibangun pada tanah milik Desa Brani di tengah sawah yang berbatasan dengan Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas.