REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepulauan Selayar, Sulawesi Selayan (Sulsel) digemparkan dengan penemuan oarfish, Senin (9/12) lalu. Cerita rakyat Jepang menyebut bahwa kemunculan ikan yang hidup laut dalam, yang diberi nama Namazu, itu kerap dikaitkan dengan kedatangan gempa bumi besar.
Dalam mitologi Jepang, Namazu dianggap sebagai salah satu makhluk yang menyebabkan bencana atau kemalangan (yo-kai). Dia biasa bersembunyi di suatu tempat di bawah daratan Jepang dan terkadang menggoyangkan ekornya hingga menyebabkan gempa bumi di dunia manusia.
Penggambaran Namazu sebenarnya telah dikenal sejak abad ke-15. Namun, baru pada akhir abad ke-18 ikan yang bisa mencapai panjang 11 meter itu dikaitkan dengan bencana alam. Lalu benarkan kemunculan oarfish merupakan pertanda kedatangan gempa bumi?
Seperti diwartakan laman Forbes, Selasa (10/12), beberapa peneliti percaya bahwa mitos Namazu didasarkan pada orang yang memperhatikan perilaku oarfish yang tidak biasa sebelum gempa bumi.
Sementara ahli biologi telah mengemukakan berbagai penjelasan mengapa ikan yang biasa hidup 3.300 kaki atau 1 km di bawah permukaan laut secara berkala terlihat di permukaan atau ditemukan mati di sepanjang pantai.
Para biologis berpendapat bahwa oarfish sebenarnya bukan perenang terhebat. Ikan itu kerap terseret ke permukaan akibat arus musiman yang terjadi di lautan. Mereka kemudian kelelahan dan mati hingga kemudian terdampar di pesisir pantai.
Berdasarkan catatan, kemungkinan besar penampakan berulang Oarfish dipermukaan adalah karena fase suhu permukaan laut yang tidak normal. Penelitian yang diterbitkan pada 2018 menunjukkan korelasi antara hubungan oarfish dan tahun-tahun El Nino.
Pada waktu tersebut, suhu air di permukaan beberapa derajat lebih tinggi dari rata-rata dibanding temperatur air di laut dalam. Hal tersebut membuat ikan kecil dan plankton yang merupakan makanan Oarfish akan hidup dengan mengikuti suhu air yang lebih hangat.
Plankton dan ikan-ikna kecil itu kemudian terpaksa naik ke permukaan diikuti oleh oarfish yang hendak memangsa mereka. Para ahli biologi akhirnya menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara perilaku hewan dan aktivitas seismik yang ditemukan
Mereka berpendapat bahwa sampai saat ini tidak ada peningkatan aktivitas seismik di lautan di sekitar Jepang yang dilaporkan setelah ditemukan paling tidak selusin oarfish di garis pantai Jepang. Belasan oarfish itu didapati pada tahun sebelum gempa Fukushima 2011 dan tsunami yang menerjang Negeri Sakura berikutnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah membantah munculnya ikan laut dalam atau oarfish di Kepulauan Selayar sebagai pertanda akan terjadinya gempa besar dan tsunami. Sejak Senin (9/12) pagi media sosial heboh dengan berita viral ditemukannya ikan oarfish di Kepulauan Selayar.
Ikan oarfish adalah ikan yang tinggal di dasar laut, sehingga jarang muncul ke permukaan. "Hasil kajian statistik terbaru mengungkap bahwa jenis ikan laut dalam seperti oarfish yang muncul di perairan dangkal tidak berarti bahwa gempa akan segera terjadi," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (9/12).
Dikatakan Daryono, sejak dulu di Jepang memang ada legenda bahwa oarfish konon sebagai pembawa pesan dari dasar laut. Mereka mengaitkan perilaku binatang yang tidak lazim dengan pertanda akan terjadi gempa kuat.
"Tanpa ada penelitian ilmiah maka tidak akan pernah diketahui apakah cerita rakyat tersebut fakta atau hanya legenda saja," tambah dia.
Majalah ilmiah bergengsi Bulletin of the Seismological Society of America (BSSA) pernah mempublikasikan fenomena kemunculan ikan laut dalam dan kaitannya dengan peristiwa gempa besar. Hasil kajian ini ternyata bertentangan dengan cerita rakyat yang berkembang di Jepang.
Para peneliti mengkaji cukup lama hubungan antara kemunculan ikan laut dalam dan gempa besar di Jepang. Dalam kajian tersebut hanya ditemukan satu peristiwa yang dapat dikorelasikan secara masuk akal dari 336 kemunculan ikan dan 221 peristiwa gempa bumi.
Berdasarkan kajian tersebut maka kemunculan oarfish bukanlah pertanda akan terjadi gempa besar. Menurut teori oseanografi, pengangkatan biota laut dalam ke permukaan hingga terbawa ke pesisir berkaitan dengan fenomena upwelling.
Upwelling adalah sebuah fenomena di mana air laut yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar bergerak dari dasar laut ke permukaan. Dalam fenomena upwelling biasanya kemunculan ikannya banyak.
Jika hanya satu atau dua ekor ikan, maka beberapa makalah menyebutkan bahwa oarfish juga memiliki kebiasaan mengambang di dekat permukaan air ketika mereka sakit atau sekarat. Selain itu, ada faktor lain yang memicu ikan muncul ke permukaan laut seperti mengikuti arus laut.
Oarfish masuk ke kategori ikan yang sangat jarang dilihat. Salah satu temuan oarfish terbesar di dunia adalah di tahun 2013. Seorang penyelam menemukan oarfish di California selatan pada bulan Oktober.
Seekor oarfish bisa mencapai panjang 50 kaki atau 15 meter dan beratnya bisa mencapai hampir 200 kg. Tidak banyak yang diketahui tentang ikan ini karena lokasi hidupnya di bagian laut dalam.
Beberapa tahun ini sekelompok ilmuwan, dikutip dari laman Sea History, menemukan ikan yang panjang dan pipih ini tidak berenang horizontal seperti ikan lain. Biologis laut dengan ROV di Teluk Meksiko saat bertemu oarfish menemukan ikan ini justru berenang secara vertikal menggunakan sirip belakangnya yang berwarna kemerahan. Jika oarfish butuh berenang lebih cepat ia akan bergerak seperti ular.