REPUBLIKA.CO.ID, SAMOA — Wabah campak yang tersebar hingga negara Samoa telah menewaskan 70 korban jiwa. Virus ini mudah tersebar dan menyerang terhadap negara dengan tingkat vaksinasi rendah.
Dilansir dari Reuters, Pemerintah Samoa mengatakan penyakit yang sangat menular tersebut telah menyerang sebagian penduduk Samoa terutama pada balita.
Balita adalah kelompok paling rentan terhadap campak, yang biasanya ditandai ruam dan demam. Dalam beberapa kasus, campak dapat berujung kerusakan otak dan kematian.
Data terbaru pada Senin (9/12) wabah campak di Samoa menewaskan 70 korban, 61 di antaranya anak berusia dibawah lima tahun.
Populasi negara kepulauan ini hanya berjumlah 200 ribu jiwa, dan memiliki kasus campak yang mencapai 4.693 orang, dengan 229 orang diantaranya dirawat di rumah sakit. Dari total 229, diantaranya 16 orang adalah anak-anak yang dalam masa kritis.
Dari data resmi Pemerintah Samoa memperlihatkan adanya 112 kasus baru campak dalam 24 jam terakhir, Senin (9/12).
Kasus campak terus bertambah meski Samoa sempat menghentikan banyak aktivitas selama dua hari demi menjalankan program imunisasi.
Pemerintah Samoa mengklaim tim vaksinasi telah berhasil memastikan bahwa 90 persen dari total populasi 200 ribu jiwa telah diimunisasi. Saat wabah campak bermula di Samoa pada pertengahan Oktober, angka rata-rata yang diimunisasi baru 30 persen.
Meski program imunisasi dinilai sukses, vaksin campak membutuhkan waktu antara 10 hingga 14 hari untuk berfungsi dengan baik. Ini artinya, masih terlalu dini jika wabah campak di Samoa telah berhasil dikendalikan.
Disamping itu, otoritas Samoa menyalahkan kelompok anti-vaksin yang menyebarkan teori konspirasi dan hoaks mengenai campak. Kelompok ini dinilai bertanggung jawab atas rendahnya tingkat imunisasi campak di Samoa.
Di beberapa negara Pasifik lainnya, termasuk Tonga, Fiji, dan American Samoa, wabah campak lebih mudah ditanggulangi karena tingginya angka imunisasi. Sejauh ini tidak ada laporan kematian akibat campak dari ketiga negara tersebut.