REPUBLIKA.CO.ID, BATU -- Warga Desa Pendem, Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur (Jatim) menemukan tumpukan bata merah di salah satu halaman keluarga. Tumpukan bata tersebut diduga sementara sebagai bangunan candi di masa lampau.
"Hipotesis kita karena adanya keberadaan yoni dan arca nandi. Kami dugaan kemungkinan besar ada bangunan candi yang terbuat dari bahan bata," ujar Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho saat ditemui wartawan di Desa Pendem, Junrejo, Kota Batu, Jatim, Jumat (13/12).
Menurut pria disapa Wicak tersebut, keberadaan Yoni dan arca Nandi berkaitan erat dengan konsep Hindu. Hal itu berarti tempat temuan bata di Pendem pernah menjadi pusat pemujaan Dewa Siwa. Oleh sebab itu, Wicak berpendapat, tumpukan bata di desa tersebut kemungkinan besar merupakan bangunan candi.
"Cuma bentuk dan luasannya yang akan kita cari tahu dengan ekskavasi ini," kata Wicak.
Cagar Budaya (BPCB) Trowulan melakukan ekskavasi di situs Pendem, Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur (Jatim), Jumat (13/12).
Berdasarkan hasil ekskavasi sementara, Wicak mengungkapkan, bata memiliki ukuran sekitar 35 x 25 centimeter (cm) dengan ketebalan 9 cm. Menurut Wicak, ukuran tersebut lebih besar dibandingkan mayoritas temuan situs dari era Majapahit. Bata di masa kerajaan tersebut biasanya berukuran 33 x 18 cm dengan ketebalan antara 6 sampai 7 cm.
Wicak memprediksi, Desa Pendem pernah menjadi bagian dari masa pra-Majapahit seperti Kerajaan Kadiri dan Singosari. Namun, prediksi tersebut bisa saja berubah apabila menemukan temuan lepas lainnya. Hal itu seperti porselin yang akan membantu menafsirkan periodisasi peninggalan purbakala.
Tim arkeolog BPCB saat ini harus melakukan ekskavasi terlebih dahulu dari Jumat (13/12) sampai Sabtu (14/12). Lembaganya perlu mengetahui bentuk luasan dari temuan di Desa Pendem, Junrejo, Kota Batu. Setelah itu, akan melakukan koordinasi dengan Pemdes Pendem, Disbudpar Kota Batu dan pemilik lahan.
"Apakah dibebaskan atau kemudian dijadikan aset desa nanti yang dibicarakan. Itu setelah kita mengetahui bentuk dan luasan purbakala sini," ungkap Wicak.
Temuan purbakala di Kota Batu sendiri bukan pertama kali terjadi. Kota wisata itu sebelumnya telah memiliki peninggalan candi di Songgoriti. Terakhir, BPCB juga telah menggali situs berupa Punden Rondo Kuning di Songgokerto.
Wicak tak menampik, sebagian besar peninggalan purbakala di Kota Batu lebih sering disangkutpautkan dengan Kerajaan Mpu Sendok. Hal itu terutama dengan masa kesejarahan pada abad 10 Masehi.
"Lalu apakah peninggalan ini (di Desa Pendem) berkaitan dengan itu atau masa setelahnya di masa Singosari? Untuk sementara ini hipotesisnya dari ukuran bata pra-Majapahit. Nanti di hari Sabtu dapat gambaran utuh apakah dari Singosari atau bagaimana, termasuk apakah (ekskavasi) diperpanjang atau tidak," ucap Wicak.