REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 502 atlet pencak silat dari 18 kabupaten/kota dan 20 perguruan berlaga dalam ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda) memperebutkan Piala Gubernur Sumatera Utara 2019. Kejurda digelar di GOR Futsal Mini Disporasu Jalan Willem Iskandar Medan pada 14-18 Desember.
Kadispora Sumut Baharuddin Siagian, mengapresiasi jumlah peserta kejuaraan pencak silat yang mencapai ratusan orang. "Ini merupakan sesuatu yang membanggakan," kata Baharuddin.
"Saya selama jadi Kadispora Sumut, di setiap even apapun, silat ini pesertanya nggak pernah sedikit. Pasti ratusan orang. Ini hal yang membanggakan, paling tidak kalian (atlet) bisa jadi juru bicara kepada seusia kalian bahwa kalian atlet olahraga silat," ujarnya.
Namun demikian, pria yang akrab disapa Bahar ini menyayangkan jumlah atlet yang melimpah tidak berbanding lurus dengan prestasi. Karena itu, dia mengajak semua pihak harus berusaha keras untuk memajukan pencak silat Sumut sekaligus melahirkan prestasi yang membanggakan, apalagi ada banyak pengurus cabang dan klub silat yang kini ada di Sumut.
"Tapi hari ini kalau bicara prestasi pencak silat Sumut ini belum bisa. Apa yang salah di sana, saya gak tau, kita cari bersama. Ini tugas kunci, ada 20 klub dan 18 pengcab. Ayo (Pengurus IPSI) bergandengan tangan dengan kita (Dispora), dan KONI Sumut," imbuhnya.
Lebih lanjut, Bahar mengatakan dorongan untuk bisa menorehkan prestasi di pencak silat bukan tanpa alasan. Sebab, Pemerintah Provinsi Sumut sudah pasti akan memperhatikan kesejahteraan atlet. Pemprov Sumut tidak akan menyia-nyiakan kerja keras atlet yang berprestasi.
"Cabang olahraga silat ini medali sangat banyak. Dan pemerintah hari ini akan memperhatikan kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan keuangan Sumut. Pendidikannya juga diperhatikan, beasiswa kuliah sampai tamat, serta mendapat pekerjaan seperti di BUMD, kalau berprestasi," paparnya.
Karena itu, lanjut Bahar, para atlet silat harus bisa memberikan prestasi membanggakan pada PON 2020 maupun tahun 2024 saat Sumut-Aceh jadi tuan rumah.
Dia berharap ke depan IPSI Sumut tidak lagi hanya berbicara kuantitas, tetapi kualitas. Para atlet harus berlomba berprestasi. Jangan lagi kelas provinsi, tapi sudah harus level nasional dan internasional.
"Pesilat Sumut sudah tidak boleh main-main. Atlet jangan ragu-ragu sekarang. Kalau punya talenta silat ayo, saya harus bisa juara nasional. Membela nama Sumut dan negara. Ini yang harus kita rebut. Itu yang harus dipatri dalam hati kalau kita mau jadi atlet berprestasi dan jangan narkoba karena akan menghancurkan kalian," kata Bahar.
Sementara itu, ketua panitia kegiatan, Jhony Siahaan mengatakan ada 502 atlet dari 18 pengcab kabupaten/kota dan 20 perguruan se-Sumut yang mengikuti ajang tersebut. Ajang ini sekaligus menjaring atlet muda potensial yang dipersiapkan untuk dibina dalam proses persiapan menuju PON 2024 Sumut-Aceh.
"Ini juga jadi ajang seleksi dan menambah jam terbang sekaligus silaturahim antar-atlet Sumut untuk persiapan menghadapi PON 2024. Selain itu juga untuk menjaring bibit-bibit unggul," ujarnya.
Lebih lanjut, Jhony mengatakan ajang ini juga menjadi sarana evaluasi bagi pengurus cabang dan perguruan untuk melihat sejauh mana perkembangan kualitas atlet binaan.
Ia berharap pengcab maupun perguruan semakin meningkatkan kualitas pembinaan di tempat masing-masing. "Lewat kompetisi ini diharapkan semakin memotivasi kabupaten/kota di Sumut untuk lebih giat membina cabang olahraga pencak silat berdasarkan kelompok umur. Diharapkan akan lahir atlet berprestasi pada PON 2020 di Papua dan PON 2024 Sumut-Aceh," katanya.