REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan gejolak yang terjadi karena rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi telah merusak seluruh lapisan masyarakat Hong Kong. Rancangan undang-undang yang dapat membuat tersangka Hong Kong diadili di China itu sudah dicabut.
Saat ini Pemimpin Kota Hong Kong Carrie Lam tengah berada di Beijing untuk berbicara dengan Li dan Presiden China Xi Jinping. Ini pertama kalinya Lam mengunjungi China sejak kandidat pro-demokrasi memenangkan pemilihan distrik pada bulan lalu.
"Dalam satu tahun terakhir, politik, ekonomi dan masyarakat kami telah menghadapi masalah-masalah yang besar," kata Lam saat bertemu dengan Li, Senin (16/12).
Li menegaskan dukungan pemerintah pusat China terhadap kepemimpinan Lam. Demonstrasi yang meletus pada Juni silam bermula sebagai respons terhadap rancangan undang-undang ekstradisi. Walaupun Lam sudah mencabut rancangan undang-undang tersebut tapi pengunjuk rasa melanjutkan aksi mereka.
Pengunjuk rasa menuntut reformasi demokrasi dan penyelidikan independen terhadap brutalitas polisi selama unjuk rasa. Berdasarkan kerangka 'dua sistem, satu negara' Hong Kong yang dikembalikan Inggris ke China pada 1997 memiliki kebebasan yang lebih besar dibandingkan China Daratan.
Beberapa pengunjuk rasa menggelar aksinya dengan melakukan kekerasan. Bentrokan keras pada Ahad (15/12) kemarin ketika pengunjuk rasa melempari kantor polisi dengan batu bata. Polisi membalasnya dengan gas air mata.
Menurut pihak berwenang, perusuh juga melakukan pembakaran. Polisi menambahkan di beberapa tempat para pengunjuk rasa juga memblokir jalan dan menghancurkan lampu lalu lintas dengan palu.
Dalam sebuah rekaman video terlihat polisi anti huru-hara yang mengenakan pakaian lengkap dan bersenjatakan tongkat menyemprotkan semprotan merica ke arah seorang fotografer. Polisi memukul dan menganiaya fotografer tersebut.
Media daring Mad Dog Daily melaporkan fotografer itu dipukuli dan ditahan. Tapi mereka tidak dapat mengonfirmasi apakah itu orang yang sama dengan yang di video.
Pada Ahad kekerasan dan konfrontasi juga terjadi di mal-mal di Hong Kong. Polisi menyerbu masuk mal-mal tersebut dan menyemprotkan semprotan merica serta menangkap beberapa orang.
Pengunjuk rasa Hong Kong mengatakan mereka tidak berharap pemimpin-pemimpin Beijing akan meninggalkan Lam. Karena hal itu akan memalukan bagi mereka dan memberikan kemenangan terlalu besar pada gerakan unjuk rasa.
"Jika mereka berubah, biarkan dia mundur, lalu itu artinya kalah dalam pertempuran, Partai Komunis tidak akan melakukan itu," kata salah satu pengunjuk rasa Fong Lee.