Senin 16 Dec 2019 17:21 WIB

Survei: Publik Berharap Gibran Jadi Seperti Jokowi

Ada tiga alasan utama responden menilai majunya Gibran bukan dinasti politik.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Andi Nur Aminah
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (tengah) berjalan menuju Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah untuk mengembalikan formulir pendaftaran pencalonan sebagai Wali Kota Surakarta di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019).
Foto: Antara/R. Rekotomo
Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (tengah) berjalan menuju Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah untuk mengembalikan formulir pendaftaran pencalonan sebagai Wali Kota Surakarta di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (12/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei Median menyebutkan 55,5 persen warga Solo menganggap majunya Gibran Rakabuming Raka dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Solo 2020 bukanlah dinasti politik. Sedangkan 41,6 persen menganggapnya dinasti politik.

Ada tiga alasan utama responden menilai bukan dinasti politik. Salah satunya berharap Gibran jadi seperti Joko Widodo (Jokowi). "Jadi banyak orang yang mengatakan Gibran maju itu bagus-bagus saja, bukan dinasti politik itu sebenarnya. (Alasan) pertama mereka mengatakan menganggap Gibran itu harus jadi seperti Jokowi 41,3 persen," ujar Direktur Utama Median Rico Marbun dalam konferensi pers di kawasan Jakarta Pusat, Senin (16/12).

Baca Juga

Menurut dia, warga Solo merasa Jokowi sukses ketika menjabat Wali Koto Solo sebelum akhirnya kini menjadi Presiden. Sehingga, publik menganggap Gibran dapat mengikuti jejak sang ayah. Tetapi mereka menilai majunya Gibran bukan dinasti politik.

"Jokowi tokoh panutan sehingga mereka merasa Gibran ini bagus, mengikuti jejak bapaknya. Dan menganggap ini bukan dinasti politik," kata Rico.

Ia menyebutkan dua alasan lain publik melihat Gibran maju Pilwakot itu baik dan bukan dinasti politik karena Gibran muda (19,4 persen) dan membawa perubahan (14,7 persen). Akan tetapi, kata Rico, alasan ini sebenarnya alasan yang emosional jika dibandingkan alasan memilih pejawat Achmad Purnomo yang lebih rasional.

Sebab, pemilih sudah melihat rekam jejak Purnomo yang kini menjadi Wakil Wali Kota Solo. Jika ditelusuri lebih lanjut, survei juga menyebutkan, sebagian besar pemilih yang menganggap majunya Gibran bukan dinasti politik adalah pemilih pemula dan milenial.

Rico merinci, responden yang berusia 17 hingga 19 tahun menyebutkan Gibran maju Pilwakot 2020 bukan dinasti politik sebesar 68,5 persen. Kemudian kalangan yang menganggap bukan dinasti politik antara lain pemilih usia 20 hingga 29 tahun (70,3 persen), 30 hingga 39 tahun (63 persen), dan 40 hingga 49 tahun (49 persen).

Sedangkan usia di atas itu, yakni 50 hingga 59 tahun dan kalangan 60 tahun lebih menganggap Gibran maju jadi bakal calon Wali Kota Solo adalah dinasti politik sebesar 63 persen dan 55,6 persen. Menurut Rico, hal itu karena persepsi kalangan tua terhadap dinasti politik yang terjadi pada orde baru.

"Begitu ini masuk ke usia tua, orang yang merasakan hidup di pengalaman orde baru barulah terlihat dominasinya, sebagian besar orang usia tua melihat 'ya iya ini jelas politik dinasti'," tutur Rico.

Sementara, lanjut dia, pemilih pemula dan milenial yang sebagian besar menganggap bukan dinasti politik, tidak merasakan situasi pemerintahan zaman orde baru. Pemilih pemula dan milenial mempunyai preferensi khusus, sehingga mereka mengeluarkan definisi politik dinasti karena kedekatan usia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement