REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember tak hanya sekadar peringatan saja, melainkan diterapkan dalam praktik kehidupannya. Ia ingin suatu saat Mendagri merupakan seorang perempuan.
"Kemendagri harus melakukan sesuatu juga, Sekjen Kemendagri pernah wanita Bu Siti (sekarang Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya). Suatu saat Mendagri ingin dari wanita," ujar Tito usai acara Hari Ulang Tahun ke-20 Dharma Wanita Persatuan (DWP) di Gedung Kemendagri Jakarta, Senin (23/12).
Ia mengatakan, Hari Ibu lahir dari sejarah Indonesia berbeda dari Hari Ibu yang diperingati oleh negara-negara lain. Presiden pertama Indonesia Soekarno menetapkan Hari Ibu untuk memperingati kongres perempuan pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
Menurut Tito, jika tidak ada kejadian pada 22 Desember silam, kemungkinan tak ada emansipasi perempuan, termasuk RA Kartini. Hingga kini, emansipasi perempuan cukup maju di Indonesia yang terlihat dari sejumlah jabatan tinggi di pemerintahan adalah perempuan.
Tito menuturkan, diantaranya Megawati Soekarnoputri yang menjadi Presiden kelima Indonesia sebagai presiden perempuan pertama Republik Indonesia. Kemudian saat ini Ketua DPR juga perempuan yakni Puan Maharani.
Lalu beberapa Menteri di Indonesia merupakan seorang perempuan. Menteri perempuan itu diantaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri Ketenagakerjaan Ida Ida Fauziah, dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
"Dulu pernah ada presiden wanita dan menteri kita ada wanita. Bu Retno, Bu Sri, Bu Siti, Bu Ida Fauziah, dulu juga ada Bu Susi. Gubernur juga ada wanita, wali kota juga ada, wakil gubernur juga ada. Dan ada juga Ketua DPR pertama dari wanita, maka saya sampaikan peringatan ini jangan menjadi ritual semata," kata Tito.