Kamis 26 Dec 2019 14:34 WIB

Rajutan Harmoni yang Mendorong Ekonomi Xinjiang

Upaya membangun persepsi yang baik terus dijalankan oleh Pemerintah Cina

Pagar penjagaan di pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.
Foto: Reuters/Thomas Peter
Pagar penjagaan di pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Irfan Junaidi, dari Xinjiang, Cina.

Di atas lahan seluas 10 ha, di tepian kota Urumqi, Provinsi Xinjiang, Cina, berdiri kompleks sekolah Islam. Di sinilah ribuan murid dari berbagai tingkatan terus belajar tentang Islam yang dikombinasi dengan pelajaran ideologi negara, serta sejarah dan kebudayaan Cina.

Kompleks terintegrasi bernama Xinjiang Islamic Institute ini dilengkapi berbagai fasilitas pendidikan. Selain ruang kelas yang bersih, ada juga asrama, masjid, juga sarana olahraga serta kantin besar.

Jenjang pendidikannya terbagi menjadi tiga, yaitu sarjana S1 (5 tahun), sarjana S1 (3 tahun), serta jenjang kejuruan. Murid yang terlihat ikut dalam program pendidikan di kampus ini laki-laki. Mereka datang dari berbagai etnis yang menjadi penghuni provinsi di ujung barat Negeri Tirai Bambu itu.

Keberadaan kampus ini sangatlah memberi warna bagi kehidupan keislaman di Xinjiang. Tak hanya menjadi pusat studi, Xinjiang Islamic Institute ini juga menjadi jembatan dialog antara pemerintah Cina dan komunitas Muslim di provinsi yang berbatasan dengan delapan negara itu.

Pimpinan Xinjiang Islamic Institute, Abdurekep Tumniyaz, terlihat sangat bersemangat menjelaskan program-programnya saat delegasi pimpinan media dari Indonesia mengunjunginya. Kunjungan para pimpinan media ke Xinjiang yang diinisiasi Presiden Direktur Adaro Energy yang juga Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Garibaldi Thohir bersama Kedutaan Besar Cina di Jakarta ini berlangsung 14-18 November 2019.

Tim yang mewakili Pemerintah Cina menyambut dan mengatur jadwal kunjungan dengan rapi. Sama rapinya dengan murid murid yang belajar di lembaga pendidikan tersebut. Mulai dari cara duduk, susunan buku di meja belajar, ruang kelas, semuanya rapi.

Saat delegasi berkunjung, para murid terlihat tenang menyimak pemaparan dari Abdulrekep. Tak terlihat ada satu pun murid yang bicara satu sama lain, saat Abdukrekep berbicara. Menurut Abdulrekep, kampus yang kini dihuni merupakan kampus baru. Sebelumnya, institute tersebut menghuni kampus lama yang lebih sempit.

Atas bantuan pendanaan dari pemerintah, kini Xinjiang Islamic Institute menempati kampus baru yang lebih luas. Tidak hanya membantu pembangunan kampus baru, Pemerintah Cina juga memberikan beasiswa kepada para murid dan mahasiswa yang belajar di kampus tersebut.

Dukungan besar dari Pemerintah Cina ini menunjukkan fungsi strategis dari lembaga tersebut. Pemberitaan soal Xinjiang, terutama terkait kehidupan Muslim Uighur, selama ini menjadi tantangan tersendiri bagi image Cina di mata dunia.

Uighur merupakan salah satu etnis yang menghuni provinsi tersebut. Seluruhnya ada 56 etnis yang berada di Xinjiang. Sekitar 30 persen dari 25 juta penduduk Xinjiang, beragama Islam. Saat ini terkesan pendekatan Pemerintah Cina terhadap Muslim Xinjiang belum begitu ramah.

Berita-berita mengenai tekanan Pemerintah Cina terhadap Muslim di Xinjiang, khususnya Uighur terus menghiasi banyak media. Terakhir, berita soal Xinjiang diramaikan dokumen rahasia yang dibocorkan oleh salah satu pengurus Partai Komunis yang menyebutkan adanya penahanan massal terhadap kalangan Muslim di wilayah tersebut. Dokumen itu disebut berjumlah 403 lembar oleh New York Times.

Tentu saja, berita soal dokumen rahasia yang dimuat di banyak media Barat itu menguatkan persepsi negatif soal perlakuan Pemerintah Cina terhadap minoritas Muslim. Sebelumnya persepsi seperti ini juga didorong oleh laporan laporan beberapa lembaga pemantau hak azasi manusia seperti Human Right Watch.

"Apa yang dituliskan oleh media media Barat itu semuanya berita palsu," ujar Wakil Gubernur Xinjiang, Azken Tuniyazi, di Urumqi Jumat (15/11). Menurut dia, tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Cina selama ini adalah untuk menciptakan suasana yang aman dan stabil. Pihaknya pun mengaku sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hak azasi manusia.

Dia menceritakan bahwa mulai 1990-an sampai 2016, ancaman separatisme dan terorisme sangat kuat. Rakyat pun mengalami kerugian besar. Karena itulah, Azken menambahkan, Pemerintah Cina diminta untuk mengambil tindakan menjaga keamanan di seluruh wilayah Xinjiang.

"Di sini ada istilah, kakinyalah yang paling tahu sepatu yang paling cocok dipakai," ujar dia. Kalimat itu bermakna bahwa hanya Muslim Uighurlah yang paling paham dengan kondisi yang dialaminya. Dia menyebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, kehidupan masyarakatnya lebih tenang.

Pihaknya meyakini bahwa pendidikan dan perbaikan taraf hidup menjadi kunci. Karena itulah, dia menambahkan, upaya untuk menjaga keamanan Xinjiang juga dilakukan melalui jalur-jalur pendidikan yang di antaranya berupa sekolah kejuruan atau vokasi.

Selain pendidikan, Ekonomi di wilayah Xinjiang juga terus didorong. Pembangunan berlangsung besar-besaran. Gedung-gedung tinggi dan bandara besar, menjadi ikon denyut ekonomi di wilayah tersebut. Jalanan yang lebar dan tertata rapi melengkapi simbol kemajuan ekonomi Xinjiang.

Gedung konvensi besar juga kini berdiri megah di kota Urumqi. Bukan hanya ruang pertemuan, convention hall ini juga dilengkapi ruang pamer yang mendokumentasi aksi kekerasan dan tindakan teror di Cina sejak 1992.

Museum ini menampilkan senjata-senjata yang digunakan dalam aksi teror dan kekerasan. Koleksi lain yang juga ditampilkan adalah video-video yang merekam kejadian teror dan kekerasan.

Mereka yang bisa masuk museum tersebut hanyalah kalangan yang dianggap layak. Sebagian koleksi yang dipajang adalah gambar sadis yang berdarah-darah. Karena itu kalangan anak-anak tidak cocok untuk menyaksikan koleksi museum ànti-teror itu. Museum ini menjadi pengingat penting akan bahaya aksi kekerasan dan teror.

Sarana pariwisata juga ditata dengan pengelolaan yang serius. Wisata menjadi salah satu sektor unggulan yang diharapkan bisa mendorong taraf ekonomi di wilayah tersebut.

Wisata alam menjadi obyek yang sangat diunggulkan. Xinjiang memiliki wilayah bergunung-gunung yang sangat menawan. Saat musim semi, pegunungan di sekitar Xinjiang ramai dikunjungi wisatawan.

Keragaman etnis juga menjadikan Xinjiang sangat kaya akan seni dan budaya. Khazanah ini juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Tak heran jika angka kunjungan wisatawan meningkat pesat dalam tiga tahun terakhir. Selama 2018, Xinjiang dikunjungi 150 juta wisatawan. Memasuki 2019, hingga oktober sudah tercatat 200 juta wisatawan datang ke provinsi tersebut.

Program pengentasan kemiskinan pun terus dijalankan terutama di wilayah selatan. Wakil Gubernur mengungkapkan bahwa, tahun lalu sebanyak 130 ribu keluarga dientaskan dari kemiskinan. Tahun ini susah mencapai 50 ribu keluarga dientaskan dari kemiskinan.

Berbagai upaya untuk membangun persepsi yang baik terus dijalankan oleh Pemerintah Cina di Xinjiang. Upaya tersebut bakal membawa dampak signifikan jika dilandasi niat baik untuk menumbuhkan kehidupan yang harnonis antaretnis dan antarpemeluk agama di kawasan itu.

Kondisi penduduk Xinjiang yang sangat beragam menyimpan kerentanan tersendiri jika tidak dikelola dengan baik. Perlakuan yang fair terhadap berbagai etnis dan pemeluk agama menjadi langkah penting yang perlu terus dijaga. 

(Bersambung)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement