Rabu 12 Jun 2024 08:19 WIB

Cina Utara Bersiap Hadapi Gelombang Panas, Xinjiang Diprediksi Tembus 37 Derajat Celsius

Suhu tinggi di Cina biasa terjadi pada Juni dan Juli, namun saat ini lebih luas.

Red: Ani Nursalikah
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021).
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Badan Meteorologi Cina memberikan peringatan agar masyarakat di bagian utara negara itu bersiap untuk menghadapi gelombang panas pada akhir pekan ini.

Media pemerintah pada Selasa (11/6/2024) memberitakan Badan Meteorologi Cina mengeluarkan peringatan oranye atau peringatan tingkat tertinggi kedua untuk panas ekstrem sejak Ahad (9/6/2024) dengan mengantisipasi suhu dapat melebihi 37 derajat Celsius di Daerah Otonom Uighur Xinjiang, provinsi SHandong dan Hebei.

Baca Juga

Cina memiliki sistem peringatan cuaca empat tingkat, dengan terparah adalah merah, diikuti oleh oranye, kuning dan biru.

Badan prakiraan cuaca memprediksi suhu di kota Beijing, Tianjin, provinsi Hebei, Shandong dan Hubei, Daerah Otonom Mongolia Dalam dan Daerah Otonom Xinjiang berada di atas 35 derajat Celsius sepanjang pekan ini.

Suhu tinggi di Cina biasa terjadi pada Juni dan Juli, namun Badan Meteorologi Cina menyebut gelombang panas saat ini akan lebih luas cakupannya. Provinsi Hebei, Henan, dan Shandong berpotensi mengalami suhu terik melebihi 40 derajat Celsius.

Untuk mengurangi risiko sengatan panas, masyarakat disarankan untuk membatasi aktivitas di luar ruangan selama siang hari dan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.

Kepala Badan Meteorologi Nasional Cina Zheng Zhihai menyebut Cina bagian Barat Laut, Mongolia Dalam, dan Cina Utara bagian barat mengalami suhu musim panas 2 hingga 4 derajat Celsius lebih tinggi dari biasanya.

"Gelombang panas global ini terkait dengan pola sirkulasi bertekanan tinggi yang tidak normal, akibat dari pemanasan global. Cina diperkirakan akan mengalami hari-hari dengan suhu tinggi lebih awal dan lebih sering pada musim panas saat ini dibandingkan sebelumnya," kata Zheng.

Zheng juga menyebut adanya potensi dampak La Nina yang ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin dari rata-rata di wilayah kathulistiwa Pasifik.

Namun, meski La Nina dapat menyebabkan suhu turun Zheng memperkirakan hal tersebut berpengaruh minimal terhadap gelombang panas yang terjadi di Cina.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement