Jumat 27 Dec 2019 10:03 WIB

Trump: Pemakzulan Buat Susah Berurusan dengan Negara Lain

Donald Trump mengatakan proses pemakzulan mmengaruhi hubungan eksternal AS

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
Donald Trump mengatakan proses pemakzulan mmengaruhi hubungan eksternal AS dengan negara lain. Ilustrasi.
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
Donald Trump mengatakan proses pemakzulan mmengaruhi hubungan eksternal AS dengan negara lain. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan proses pemakzulan yang sedang berlangsung memengaruhi hubungan eksternal AS dengan negara lain. Hal ini membuatnya lebih sulit untuk berurusan dengan para pemimpin negara-negara lain. Hal ini disampaikan Trump melalui akun resmi Twitter-nya.

"Terlepas dari semua keberhasilan besar yang telah dialami Negara kita selama tiga tahun terakhir, ini membuat jauh lebih sulit untuk berurusan dengan para pemimpin asing ketika saya harus terus-menerus membela diri melawan Demokrat dan pemakzulan palsu mereka. Scam. Buruk untuk Amerika!" cuit Trump.

Baca Juga

Dilansir Anadolu Agency, Jumat (27/12), Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui pemakzulan terhadap Trump pada 18 Desember lalu dan menyebut ada penyalahgunaan kekuasaan dan halangan Kongres. Trump pun menjadi presiden ketiga dalam sejarah AS yang dimakzulkan.

Trump dalam kondisi demikian menyinggung upaya Turki menghentikan "pembantaian" di provinsi barat laut Suriah, Idlib. "Rusia, Suriah, dan Iran membunuh, atau dalam perjalanan mereka untuk membunuh ribuan warga sipil tak berdosa di Provinsi Idlib. Jangan lakukan itu!," kata Trump.

"Turki bekerja keras untuk menghentikan pembantaian ini," tambah Trump dalam cicitannya. Suriah telah dikunci dalam perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menindak protes pro-demokrasi. Sejak itu, ratusan ribu orang telah terbunuh dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi, menurut pejabat PBB.

Idlib jatuh dalam zona deeskalasi yang diatur dalam kesepakatan antara Turki dan Rusia pada akhir 2018. Namun, rezim Suriah dan sekutu-sekutunya, secara konsisten telah melanggar ketentuan gencatan senjata dan sering melancarkan serangan di dalam zona tersebut.

Zona deeskalasi saat ini adalah rumah bagi sekitar empat juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi dalam beberapa tahun terakhir oleh pasukan rezim di seluruh negara yang lelah perang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement