Sabtu 28 Dec 2019 15:37 WIB

Rusia Rilis Rudal Nuklir Hipersonik Pertama

Kecepatan rudal disebut mencapai 27 lebih cepat dari kecepatan suara

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Vladimir Putin
Foto: EPA/Alexey Nikolsky
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mulai mengoperasikan senjata nuklir hipersonik yang dapat terbang 27 kali lebih cepat dari kecepatan suara, pada Jumat (28/12). Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan senjata nuklir itu sebagai terobosan teknologi yang sebanding dengan peluncuran satelit pertama Soviet pada 1957.

Senjata nuklir hipersonik yang diberi nama The Avangard dirancang menempel di atas rudal balistik antarbenua. Namun, nuklir hipersonik berbeda dengan rudal hulu ledak yang biasanya dapat mengikuti jalur setelah pemisahan. Senjata nuklir baru ini dapat membuat manuver tajam di atmosfer sehingga membuatnya sulit untuk dicegat.

Baca Juga

Putin mengatakan, generasi baru senjata nuklir Rusia dapat mengenai hampir semua titik di dunia, dan menghidari perisai rudal buatan Amerika Serikat (AS). Selain itu, Putin mengklaim bahwa sistem Avangard dapat menembus sistem pertahanan rudal.

“Hari ini, kami memiliki situasi unik dalam sejarah kami yang baru dan baru-baru ini. Mereka (negara lain) berusaha mengejar ketinggalan kita. Tidak ada satu negara pun yang memiliki senjata hipersonik, apalagi senjata hipersonik rentang benua," kata Putin.

Putin mencatat bahwa Avangard dirancang dengan menggunakan bahan komposit baru untuk menahan suhu hingga 2.000 Celcius. Selain itu, Avangard mampu membawa senjata nuklir hingga 2 megaton.

Pada awal pekan ini, Putin mengatakan bahwa Rusia merupakan satu-satunya negara yang memiliki senjata hipersonik. Dia mengatakan, Rusia merupakan negara pertama di dunia yang mengembangkan senjata baru. Rusia kini dapat mengejar ketinggalan dengan AS dalam membangun senjata baru.

Laporan media Rusia menyatakan, Avangard pertama-tama akan dipasang pada rudal balistik antarbenua RS-18B buatan Soviet yang diberi nama kode SS-19 oleh NATO.

Kementerian Pertahanan mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya mendemonstrasikan Avangard kepada tim inspektur AS. Hal ini sebagai bagian dari langkah-langkah transparansi di bawah perjanjian senjata nuklir New Start.

Seorang pakar pengendalian senjata di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, California, Jeffrey Lewis meragukan bahwa Avangard dapat menghindari pertahanan rudal. Dia skeptis senjata baru tersebut dapat mengubah kemampuan pertahanan nuklir Rusia.

"Saya tetap skeptis bahwa rudal itu akan mengubah kemampuan pertahanan nuklir Rusia," ujar Lewis.

Pemerintah AS berencana menempatkan lapisan sensor di ruang angkasa untuk mendeteksi rudal musuh, terutama senjata hipersonik. Selain itu, Pentagon juga telah mengembangkan senjata hipersonik dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, pengembangan senjata hipersonik menjadi prioritas.

Di sisi lain, China telah melakukan uji coba hipersonik yang diyakini mampu melaju lima kali lebih cepat dari kecepatan suara. Senjata yang disebut Dong Feng 17 atau DF-17 ini ditampilkan dalam parade militer yang menandai peringatan ke-70 berdirinya negara Cina.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement