Selasa 31 Dec 2019 03:03 WIB

Pekerja Gudang Tertekan dengan Keberadaan Robot

Bekerja berdampingan dengan robot bukan sesuatu yang mudah

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Robot kurir otonom dari Fedex. Pekerja gudang menjadi salah satu profesi yang sudah mulai terbiasa untuk bekerja dengan robot. Ilustrasi.
Foto: Youtube
Robot kurir otonom dari Fedex. Pekerja gudang menjadi salah satu profesi yang sudah mulai terbiasa untuk bekerja dengan robot. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, NORTH HAVEN -- Pekerja gudang menjadi salah satu profesi yang sudah mulai terbiasa untuk bekerja dengan robot. Tapi bekerja berdampingan dengan robot bukan sesuatu yang mudah.

Menurut para pembuat robot pekerja, mesin melakukan pekerjaan yang melibatkan fisik dan bersifat teknis. Realitanya mereka juga menciptakan tekanan, cedera, dan ketidaknyamanan baru bagi para pekerja manusia.

Baca Juga

"Mereka sangat berat," kata salah satu pegawai Amazon Amanda Tailon di salah satu gudang perusahaan teknologi raksasa itu di Connecticut, Amerika Serikat (AS) Senin (30/12). Taillon bekerja di dekat robot setinggi enam kaki. Robot itu berputar-putar sekitar pagar besi.

Pekerjaan Taillon adalah memasuki pagar itu dan mengendalikan robot beroda untuk mengambil mainan yang jatuh atau menghentikan kemacetan lalu lintas robot. Ia memakai sabuk yang berfungsi untuk mengendalikan robot baik untuk menghentikan mereka berjalan atau membuat mereka kembali ke jalur yang seharusnya.

"Ketika Anda di luar sana dan Anda bisa mendengar mereka berkeliling, tapi Anda tidak bisa melihat mereka, rasanya seperti 'dari mana mereka berasal?' Awalnya agak mengerikan," kata Taillon.

Amazon dan rival-rivalnya mendorong agar pegawai gudang mereka terbiasa untuk bekerja berdampingan dengan robot. Kini Amazon memiliki lebih dari 200 ribu robot beroda.

Robot yang disebut 'drives' itu memindahkan barang-barang di gudang-gudang Amazon di seluruh AS. Jumlahnya dua kali lipat dari tahun lalu dan terus bertambah sejak 2014 di mana Amazon hanya memiliki 15 ribu unit robot.

Saingan Amazon menyadari keunggulan robot dan mereka pun menambah robot pekerja. Robot-robot itu digunakan untuk mempercepat dan menurunkan ongkos produksi.

Tanpa robot tangan dan berbagai mesin otomatis di pergudangan, perusahaan-perusahaan ritel mengatakan mereka tidak akan mampu memenuhi permintaan konsumen yang ingin barang yang mereka pesan dapat tiba dalam satu hari. Walaupun kekhawatiran robot akan menggantikan pekerja manusia sepenuhnya, tapi hal ini meningkatkan kekhawatiran lain. Kecepatan perkembangan teknologi kecerdasan buatan akan mengorbankan kesehatan, keselamatan, dan moral pekerja manusia.

Peneliti pembangunan ekonomi perkotaan dari University of Illinois Beth Gutelius mengatakan gudang yang menggunakan robot dan perangkat lunak kecerdasan artifisial menambah beban pekerja manusia. Para pegawai terpaksa bekerja lebih cepat dan lebih banyak untuk menyesuaikan performa mereka.

Hal itu bukan karena pegawai tidak dilatih bekerja dengan robot secara aman. "Masalahnya menjadi sangat sulit melakukannya ketika standar produktivitas ditetapkan begitu tinggi," kata Gutelius. 

Ledakan penggunaan robot di gudang terjadi ketika Amazon membeli perusahaan rintisan asal Massachusetts pada 2012 senilai 775 juta dolar AS. Perusahaan teknologi raksasa itu mengubah Amazon Robotic menjadi laboratorium untuk membangun robot yang mereka gunakan sendiri.

"Pembelian Kiva menetapkan pola untuk semua ritel agar berdiri dan mulai memberikan perhatian," kata CEO Kindred AI Jim Leifer.

Perusahaan Jim membuat robot tangan dengan kecerdasan artifisial. Produk Kinder AI dapat memegang dan menyortir barang-barang untuk perusahaan ritel seperti the Gap.

Analis dari ABI Research Rian Whitton mengatakan titik puncak investasi dan dana hibah untuk robot gudang terjadi pada 2015. Ketika itu investasi dan pengembangan robot gudang mencapai 1,5 miliar dolar AS. 

Perusahaan e-commerce asal Kanada Shopify mengeluarkan dana sebesar 450 juta dolar untuk membeli perusahaan rintisan 6 River System. Perusahaan rintisan itu membuat kereta dorong otomatis yang dinamakan Chuck.

Chuck dapat mengikuti pekerja manusia di sekitar gudang. 6 River System sudah bekerja sama dengan perusahaan pengiriman raksasa seperti FedEx dan DHL serta ritel raksasa seperti Walmart.

Pada tahun ini Amazon kembali membeli perusahaan rintisan pembuat robot gudang yang bernama Canvas Technology. Perusahaan asal Colorado itu membangun robot beroda yang dikendalikan dengan visi komputer.

Robot ini akan lebih otonom dibandingkan robot yang digunakan Amazon saat ini. Robot gudang Amazon saat ini hanya mengikuti barcode dan jalur yang sudah ditetapkan di sekitar gudang.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement