Senin 30 Dec 2019 18:25 WIB

Stok Bulog Melimpah, Pengamat: Harga Beras Tetap Rawan

Harga beras diperkirakan berfluktuasi di kisaran Rp 500 - Rp 1.000 per kilogram.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang beras dengan bermacam harga.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pedagang beras dengan bermacam harga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Nasional Koalisi Rakyat (KRKP), Said Abdullah menilai bahwa situasi perberasan pada awal tahun 2020 tetap rawan. Meskipun pemerintah mengklaim pasokan mencukupi dengan besarnya stok beras Bulog, faktor musim tanam yang mundur sekitar 1-2 bulan harus diwaspadai.

"Efek dari kemunduran musim panen raya rendeng harus diperhatikan betul. Data itu harus benar-benar dihitung secara presisi," kata Said kepada Republika.co.id, Senin (30/12).

Baca Juga

Said menjelaskan, mengkalim situasi aman tidak bisa dengan hanya mengedepankan stok yang ada. Namun, harus dipastikan bahwa stok tersebut benar-benar bisa digunakan Bulog untuk melakukan stabilisasi harga.

Sinergi antarkementerian lembaga pun mesti ditingkatkan agar tak lagi terjadi perbedaan pendapat dan saling klaim data.

Menurut Said, jika stabilisasi harga berjalan lancar, setidaknya fluktuasi harga beras hanya berkisar antara Rp 500 - Rp 1.000 per kilogram. Menurutnya, fluktuasi dengan rentang harga itu masih bisa ditoleransi oleh masyarakat.

Situasi perberasan akan jauh lebih aman setelah melewati masa panen raya rendeng di bulan Maret-April. Sebab, ungkap Said, musim kemarau di tahun depan telah diperkirakan tidak separah tahun ini sehingga ketersediaan air akan lebih mencukupi untuk irigasi sawah.

"Krusialnya memang di awal-awal saja. Tapi selanjutnya saya pikir karena kondisi tidak sekering tahun ini kebelakangnya lebih aman," ujar dia.

Sebelumnya, Perum Bulog memastikan stok beras yang tersimpan di gudang pada awal tahun 2020 sebanyak 2 juta ton. Stok tersebut dinilai sangat mencukupi untuk persediaan pangan beras hingga musim panen raya pada Maret-April mendatang.

Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal mengatakan, hingga akhir tahun ini stok yang tersimpan di gudang masih di angka 2 juta ton. Meskipun realisasi pengadaan beras tahun ini hanya mencapai 66,6 persen dari target 1,8 juta ton, pasokan beras diklaim aman.

"Stok kita sampai sekarang masih 2 juta ton sementara mandatori dari pemerintah antara 1 juta hingga 1,5 juta ton. Mandatori tahun depan yang harus disiapkan juga sama, jadi kita akan melakukan kewajiban itu," kata Awaluddin.

Menurut dia, Bulog akan mulai aktif kembali melakukan penyerapan gabah maupun beras dari petani mulai bulan Maret. Sebab masa itu merupakan waktu panen musim rendeng pertama.

Adapun, untuk skema pembiayaan pengadaan stok cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Bulog masih sama dengan tahun ini. Yakni pemerintah akan membayar selisih antara harga pengadaan beras oleh Bulog dengan harga beras yang dijual di bawah harga dalam operasi-operasi pasar beras.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement