Kamis 02 Jan 2020 10:31 WIB

400 Demonstran Hong Kong Ditahan Saat Malam Tahun Baru

Penangkapan demonstran malam tahun baru di Hong Kong jadi yang terbesar.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Polisi anti huru-hara bersiap di depan massa pengunjuk rasa pro demokrasi di sebuah mall di Hong Kong, Selasa (24/12)
Foto: Jerome Favre/EPA-EFE
Polisi anti huru-hara bersiap di depan massa pengunjuk rasa pro demokrasi di sebuah mall di Hong Kong, Selasa (24/12)

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pawai Tahun Baru yang besar di Hong Kong berakhir dengan penangkapan massal dan bentrokan di jalan. Polisi menahan sekitar 400 orang dengan tuduhan termasuk perakitan ilegal dan kepemilikan senjata ofensif setelah demonstrasi pada Rabu (1/1).

Menurut laporan panitia Pawai Tahun Baru, lebih dari satu juta orang mengikuti unjuk rasa tersebut. Penangkapan 400 orang terjadi selama pawai dan menjadi salah satu penangkapan terbesar dalam satu hari sejak kerusuhan dimulai.

Baca Juga

Pawai dimulai dalam suasana perayaan karnaval, melibatkan pengunjuk rasa dengan berbagai kostum, kumpulan keluarga dengan anak-anak dan orang tua. Mereka meneriakkan slogan-slogan termasuk "Bebaskan Hong Kong, revolusi era kita".

Polisi antihuru hara menembakkan gas air mata ke distrik Wan Chai setelah pengunjuk rasa melemparkan benda ke arah petugas. Lemparan terjadi ketika petugas keamanan menangkap beberapa orang karena diduga merusak sebuah bank.

Beberapa pengunjuk rasa membalas dengan melempar bom molotov ke polisi, tetapi banyak di antara kerumunan yang terkejut karena pawai itu diharapkan damai. Sebagian besar yang ikut pawai tidak memakai alat pelindung.

"Kami ingin menunjukkan tekad kami kepada dunia bahwa kami tidak akan mundur pada perlawanan kami terhadap rezim otoriter," kata seorang mantan karyawan bank Mary Chin, dikutip dari The Guardian.

Polisi menuntut agar penyelenggara protes, Front Hak Asasi Manusia Sipil, segera membatalkan demonstrasi. Namun, kerumunan besar terus bergerak dan polisi menyatakan mereka mengambil bagian dalam majelis ilegal.

Front Hak Asasi Manusia Sipil mengutuk pencabutan polisi yang mendadak atas izin untuk pawai. "Pemerintah telah menunjukkan keengganannya untuk mendengarkan suara-suara massa dan telah melanggar hak mereka untuk berkumpul," katanya dalam sebuah pernyataan.

Ketika malam tiba, polisi menggunakan meriam air pada kerumunan di Wan Chai dan distrik keuangan Central. Para pengunjuk rasa meletakkan batu bata di sepanjang jalan raya utama di Central dalam upaya untuk menghalangi gerak maju polisi ke daerah itu.

"Warga Hong Kong tidak akan mundur dan perdamaian tidak akan dilanjutkan dengan kebrutalan polisi yang sedang berlangsung," ujar pernyataan Front Hak Asasi Manusia Sipil.

Sebuah pernyataan polisi mengatakan, pengunjuk rasa telah memblokir jalan dengan barikade, menggali batu bata dari trotoar, dan membakar bank serta mesin uang. Inspektur Senior Ng Lok Chun menyalahkan pemrotes radikal karena membajak dan mengganggu pawai. Polisi telah menembakkan gas air mata karena mereka dikelilingi oleh pengunjuk rasa yang melemparkan benda ke arah mereka.

Gerakan anti-pemerintah di Hong Kong dipicu oleh Rancangan Undang-Undang ekstradisi yang memungkinkan individu dikirim ke China untuk diadili. Para pengunjuk rasa mengatakan mereka tidak akan menyerah kecuali pemerintah memenuhi tuntutan, meliputi hak pilih universal dan penyelidikan independen terhadap kebrutalan polisi.

Dalam pidato tahun baru, Presiden China Xi Jinping mengakui situasi di Hong Kong telah menjadi perhatian semua orang selama beberapa bulan terakhir. Dia pun telah menyerukan lingkungan yang harmonis dan stabil untuk Hong Kong. Pernyataan tersebut cukup menjaring sikap berdamai dibandingkan dengan ucapan sebelumnya yang lebih mengancam. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement