Kamis 02 Jan 2020 18:30 WIB

Air Mulai Surut Tetapi Potensi Hujan Ekstrem Masih Mengancam

Ketinggian air di Pintu Manggarai sudah mulai mengalami penurunan.

Petugas berusaha mengangkat kasur yang terbawa banjir di kawasan Kampung Pedongkelan, Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Petugas berusaha mengangkat kasur yang terbawa banjir di kawasan Kampung Pedongkelan, Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ali Yusuf, Fauziah Mursid, Antara

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada hari ini, meninjau lokasi banjir di beberapa titik wilayah DKI Jakarta Barat. Di antara lokasi yang dikunjungi Anies yakni, Kelurahan Semanan dan Kosambi di Jakarta Barat.

Baca Juga

Setelah mengunjungi lokasi terdampak banjir, Anies mengunjungi Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan. Di lokasi itu, Anies mengatakan, posisi air pada hari ini pukul 16.00 WIB berada di 750 cm dan telah berkurang dari sebelumnya.

"Ini sudah jauh lebih rendah dibandingkan kondisi kemarin di mana mencapai angka 900 cm," kata Anies.

Anies menyebut batas normal ketinggian air di Pintu Air Manggarai adalah 600 cm. Curah hujan yang tinggi pada Selasa (31/12) hingga Rabu (1/1) mengakibatkan debit air naik sehingga menyebabkan Jakarta terendam banjir.

"Sekarang sudah kembali 750 cm secara bertahap artinya volume air datang dari kawasan pegunungan tulus sudah mulai berkurang. Jadi kondisi di Jakarta sudah makin terkendali," katanya.

Saat ini, kata Anies, pihaknya sedang berkonsentrasi membersihkan fasilitas-fasilitas umum yang terkena lumpur akibat banjir seperti jalan, lorong-lorong di kampung dan rumah-rumah warga yang airnya sudah surut juga dibersihkan.

"Kita juga menyiapkan pompa ada 478 pompa yang sekarang bekerja untuk menarik air itu pompa stasioner. Alhamdulillah semuanya berfungsi dengan baik harapannya dengan itu air lebih cepat lagi untuk surut setelah ini akan ada pembersihan yang masif," katanya.

Anies mengatakan, setelah meninjau lokasi banjir di Kelurahan Semenan, Kosambi Jakarta Barat dan Kampung Pulo, keluhan yang banyak diterima di antarnya ketersediaan makanan. Anies memastikan bantuan kebutuhan makan sudah dikirim ke lokasi akan tetapi begitu datang langsung habis.

"Lalu yang kedua yang disampaikan warga harapan air segera surut. Itu harapan terbanyak," katanya.

Sehari sebelumnya, Anies menyatakan, pengendalian banjir Jakarta harus dimulai dari wilayah Selatan, sebagai sumber air yang masuk di wilayah pesisir Jakarta. "Selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian, maka apa pun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan air," jelas Anies di Jakarta, Rabu (1/1).

Anies mencontohnya banjir cukup ekstrem yang terjadi di Kampung Melayu beberapa waktu lalu, walaupun sudah dilakukan normalisasi. Menurut dia, kunci pengendalian banjir adalah mengendalikan air sebelum masuk pada kawasan pesisir.

Anies bersyukur, saat ini Kementerian PUPR sedang menyelesaikan pembangunan dua bendungan untuk mengendalikan banjir sepanjang aliran Sungai Ciliwung. "Kalau dua bendungan itu selesai, maka volume air yang masuk ke pesisir bisa dikendalikan. Insya Allah kita terbebas dari banjir," harap Anies.

Namun kata dia, selama air mengalir begitu saja, walaupun dilakukan pelebaran sungai, maka volume air itu akan luar biasa. Anies menegaskan, pemerintah provinsi dan pusat akan duduk bersama membahas rencana besar dan cepat untuk penuntasan pengendalian air sebelum masuk kawasan pesisir.

"Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat yang berada di wilayah aliran sungai, untuk bersiaga dan berkoordinasi dengan jajaran petugas Pemprov DKI yang sudah siap membantu," harap Anies.

[video] Warga Kampung Melayu Terdampak Banjir Harapkan Bantuan

Anies boleh sedikit lega dengan kondisi surutnya genangan banjir di Jakarta, namun harus tetap siaga. Alasannya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan ada kemungkinan terjadi intensitas curah hujan ekstrem hingga 15 Januari 2020.

"Dari data terakhir analisis kami, diperkirakan antara 5 Januari hingga 15 Januari akan ada aliran udara basah dari Samudera Hindia sebelah barat Sumatera," katanya seusai rapat koordinasi penanganan banjir Jabodetabek, Jawa Barat, dan Banten di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Kamis (2/1).

Dwikorita mengatakan, hal itu merupakan fenomena yang lazim. Bila terjadi pada musim kemarau, akan menjadi hujan di musim kemarau. Namun, karena terjadi pada musim penghujan, maka bisa menjadi intensitas curah hujan ekstrem.

Aliran udara basah dari Samudera Hindia tersebut diperkirakan akan bergerak di wilayah sebelah selatan garis ekuator. Pada 5 Januari hingga 10 Januari, diperkirakan akan mempengaruhi intensitas curah hujan di Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, dan Jawa.

Kemudian pada 10 Januari hingga 15 Januari, aliran udara basah akan bergerak ke Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan. "Karena itu, fenomena ini perlu diantisipasi lebih dini. Dipersiapkan lebih dini mitigasinya," ujarnya.

Ia mengatakan, aliran udara basah dari Samudera Hindia tersebut merupakan sebuah siklus yang diperkirakan akan berulang pada pertengahan Februari. Atas potensi hujan ekstrem yang masih akan melanda Jabodetabek, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mempercepat penurunan hujan sebelum mencapai wilayah Jabodetabek.

"Kami sudah siapkan 22 ton bahan semai (garam), dan segera ditambah lagi stoknya," kata Kepala BPPT Hammam Riza, di Jakarta, Kamis (2/1).

Hammam mengatakan, rencananya ada empat penerbangan per hari untuk menyemai awan dalam rangka mempercepat penurunan hujan sehingga hujan tidak sampai turun di wilayah Jabodetabek. Hammam menuturkan, BPPT sudah melakukan analisis pertumbuhan awan penyebab hujan di Jabodetabek.

Awan-awan tersebut berasal dari sebelah barat dan barat laut Jabodetabek yaitu selat Sunda, Lampung, dan sekitarnya. Pada Kamis (2/1), sudah dilakukan persiapan baik pesawat maupun peralatan lainnya serta bahan semai berupa garam.

Untuk pelaksanaan TMC tersebut, BPPT bersama BNPB dan TNI akan mengerahkan dua jenis unit pesawat yakni CN295 dan Casa, dan opsional untuk satu unit Hercules. Hammam menuturkan sebanyak 15 personel BPPT diterjunkan untuk melakukan operasi TMC itu. Kerja sama lintas sektor juga akan turut menyukseskan pelaksanaan TMC tersebut.

"Kita perlu data-data cuaca yang akurat dari BMKG, terkait awan hujan, pergerakan angin, dan lain-lain sehingga ahli TMC bisa simulasi dan antisipasi," ujarnya.

photo
Tips Saat Banjir

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement