REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang mendera wilayah Jabodetabek sejak Rabu (1/1) mulai surut di beberapa tempat. Kendati demikian, bantuan untuk para pengungsi yang jumlahnya mencapai ribuan jiwa masih sangat dibutuhkan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui, hingga kemarin masih banyak warganya yang mengungsi karena kediamannya direndam banjir belum mendapat bantuan. "Di sini banyak sekali warga terdampak dan mayoritas belum mendapatkan bantuan karena belum mendapat bantuan mereka membutuhkan makanan dan minuman," kata Anies selepas melakukan tinjauan di Kampung Duri Pesakih Semanan, Jakarta Barat, kemarin.
Menurut dia, terlambatnya bantuan datang ke lokasi karena jalan menuju lokasi korban juga terdampak banjir, sehingga sulit diakses. "Sekarang sedang dalam perjalanan ke sini, sehingga dipastikan makanan dan minuman segera sampai kepada mereka," ujarnya.
Menurut Anies, ada sekitar 1.000 warga di wilayah Semanan yang menjadi korban banjir. Kebanyakan mengungsi ke Masjid Hasyim Ashari yang derahnya tidak terendam banjir. Ia menyampaikan, warga atau donatur ingin membantu korban banjir supaya datang ke posko-posko yang sudah di sediakan Pemerintah Kota Jakarta Barat.
Anies mengatakan, bantuan langsung warga atau donatur kepada korban banjir sangat meringankan korban. Meski demikian, agar bantuannya tersalurkan lebih rata sebaiknya berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
"Jadi, pemerintah tentu memberikan bantuan. Kami juga berterima kasih kepada warga yang sudah memberikan bantuan makan, minuman dan kebutuhan bayi dan orang tua itu bisa dijadikan kesempatan untuk membantu," ujarnya.
Gubernur DKI mengeklaim, volume air banjir di Jakarta perlahan-lahan mulai surut. "Saat ini data terakhir posisi jam 4 sore ketinggian 750 (sentimeter), sudah jauh lebih rendah dibanding kondisi kemarin mencapai 900 (sentimeter)," kata Anies setelah meninjau Pintu Air Manggarai, Jakarta Pusat, kemarin.
Selain jumlah ketinggian air yang mulai surut, dari jumlah pengungsi juga sudah mulai ada penurunan. "Hari ini lebih rendah sebanyak-banyaknya cuma 5.000, itu pun datang-pergi karena sebagian rumahnya sudah bisa digunakan," kata dia.
Warga Kampung Duri Pesakih Semanan, Siti Prihatin (40 tahun), mengatakan, selepas banjir harta benda yang dimilikinya hanya tinggal pakaian di badan. Saat ini, dia dan keluarga membutuhkan bantuan makan dan minuman karena belum makan sejak rumahnya terendam banjir.
Kelaparan juga dirasakan warga lainnya. Beberapa di antaranya berteriak saat Anies melakukan tinjauan. "Makan, makan, lapar," kata warga sambil membawa buntelan.
Permintaan serupa disampaikan warga yang terdampak banjir di Jakarta Timur. "Ya kita maunya ada bantuan. Bangsa selimut, makanan, apalagi keperluan buat anak-anak," kata Didiet Firmanto, warga Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ia mengatakan, hingga kemarin sore belum ada bantuan yang diterima warga.
Warga korban banjir mengungsi di Gelanggang Olahraga (GOR) Pengadegan, Jakarta, Kamis (2/1/2020).
Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) menyatakan, telah menyiapkan sekitar 7.000 sampai 8.000 nasi bungkus untuk korban terdampak banjir, Kamis (2/1). Makanan ini dimasak di dapur umum Posko Banjir Induk di Kantor Wali Kota Jakbar yang kemudian didistribusikan ke posko pengungsian di tiap kelurahan.
"Kemarin kita menyediakan 5.000 bungkus. Hari ini kita menyiapkan 7.000-8.000 bungkus. Melihat dari kemarin pun 5.000 tidak cukup permintaan dari masyarakat korban bencana banjir," ujar Kepala Taruna Siaga Bencana (Tagana) Jakarta Barat Idris saat ditemui Republika di Jakarta, Kamis.
Ia tak menampik jumlah nasi bungkus yang disediakan tak akan mencukupi kebutuhan para korban terdampak banjir. Sebab, tenaga di dapur umum itu hanya sekitar 30 orang. Selain itu, dapur umum juga terkendala keterbatasan bahan makanan karena pasar dan penjualnya pun ikut terdampak banjir. "Terkendala dengan pasar, pembelian. Karena pasarnya juga yang jualnya mungkin enggak berjualan karena kebanjiran juga," kata Idris.
Sementara itu, warga di Perumahan Pesona Serpong, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, mengeluhkan belum tersedianya dapur umum. Lokasi tersebut merupakan salah satu yang paling parah terdampak banjir di Tangerang Selatan. Banjir setinggi hampir 2 meter merendam lokasi tersebut.
Dedeh Suminar (50 tahun) mengatakan, dapur umum tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan anak-anak. “Untuk makanan alhamdulillah, terus berdatangan dan dikasih dari pemerintah, tapi di sini ada bayi juga kan perlu air hangat, kasihan,” ujarnya saat ditemui di pos kesehatan di Kademangan, Kamis (2/1).
Demikian juga yang disampaikan Tara, warga lainnya. Meskipun makanan dan air mineral telah disediakan, kata dia, dapur umum sangat diperlukan. “Dengan sedianya dapur umum, kita jadi gampang buat bikin air hangat, masak dan lain-lain,” ujarnya.
Banjir di Jabodetabek dipicu hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak Selasa (31/12/2019) hingga Rabu (1/1). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Kamis (2/1) pagi, terdapat 169 titik wilayah Jabodetabek dan Banten terendam. "Titik banjir terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat 97 titik, paling banyak berada di Bekasi 53 titik," kata Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo.
Jumlah korban meninggal dunia juga terus meningkat. BNPB mencatat, sedikitnya 16 warga di Jabodetabek meninggal akibat banjir dan longsor tersebut. Sedangkan Kementerian Sosial (Kemensos) mencatat sebanyak 21 orang. Data yang dirangkum kedua lembaga itu tak selalu saling bersinggungan. Jika dirangkum, dari data keduanya terdapat sedikitnya 29 korban meninggal.
Korban meninggal terbanyak terdapat di Kabupaten Bogor yang mencapai 12 orang. kebanyakan meninggal karena tertimbun longsoran tanah. Sedangkan di Jakarta, sedikitnya ada sembilan warga meninggal, sementara laporan-laporan soal warga yang hilang masih bermunculan hingga semalam, Kamis (2/1).
Menteri Sosial Juliari P Batubara mengatakan, kementerian akan memberikan santunan ahli waris korban meninggal masing-masing sebesar Rp 15 juta. "Kita harapkan jumlah korban tidak bertambah, mudah-mudahan banjir surut, sehingga tidak ada korban jiwa lagi," kata Juliari. n ali yusuf/mimi kartika/abdurrahman rabbani/flori sidebang/antara ed: fitriyan zamzami