Ahad 05 Jan 2020 20:23 WIB

Amar Makruf Nahi Mungkar tapi Penuh Benci dan Cacian?

Amar makruf dan nahi mungkar haruslah dijauhkan dari benci dan cacian.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Nashih Nashrullah
Amar makruf dan nahi mungkar haruslah dijauhkan dari benci dan cacian. Foto ilustrasi ujaran kebencian di medsos.
Foto: EPA
Amar makruf dan nahi mungkar haruslah dijauhkan dari benci dan cacian. Foto ilustrasi ujaran kebencian di medsos.

REPUBLIKA.CO.ID, Amar maruf dan nahi mungkar merupakan salah satu keharusan bagi Muslim. Namun apa jadinya jika sikap itu dinodai dengan ujaran kebencian?

Dalam Alquran surah al-Zalzalah ayat 7-8: "Barang siapa berbuat kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan keburukan sebesar zaroh pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

Baca Juga

Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta, Muhammad Ishom, menjelaskan dzarrah adalah bagian terkecil dari sesuatu, yang di dalam ilmu fisika disebut atom. 

Allah SWT menegaskan bahwa tak satu pun perbuatan manusia, meski sekecil atom, lepas dari perhatian dan pengawasan Allah SWT. Perbuatan baik, betapapun kecilnya, pasti akan mendapat balasan.

"Demikian juga perbuatan jelek pasti akan mendapat balasan. Balasan bisa diterima di dunia ini, dan bisa pula di akhirat kelak. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada balasan yang tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat," katanya dilansir dari NU Online pada Ahad, (6/1).

Ishom mengatakan, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari pergaulan sesama manusia. Dalam pergaulan itu, disadari atau tidak, ternyata sering melakukan sesuatu yang jelek, seperti bicara ceplas ceplos tak terkendali dan menyakiti orang lain.

Padahal penerimaan tiap orang akan berbeda. Orang-orang yang memiliki masalah ADHD, misalnya, biasanya berperilaku impulsif. Perilaku impulsif ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan mengendalikan gejolak hati.

"Apa kata hati selalu dituruti, padahal dorongan hati tidak selalu baik. Orang-orang impulsif biasanya sangat emosional. Emosinya seringkali mengalahkan pikirannya meskipun mereka mungkin orang-orang yang sangat cerdas," ujar Ishom.

Ishom mengingatkan jika termasuk orang seperti di atas, maka harus belajar bagaimana mengendalikan ucapan-ucapan yang tidak baik dan menyakiti orang lain.

"Kita harus bicara yang baik karena segala sesuatu yang baik merupakan sedekah sebagaimana hadits Rasulullah SAW," ucapnya.

Oleh karena perkataan yang baik termasuk sedekah, maka perkataan itu pasti akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT. Untuk itu, orang-orang emosional atau pemarah harus belajar mengendalikan lisannya agar tidak bicara seenaknya yang dapat merusak hubungan antar personal.

"Silaturahim bisa terganggu disebabkan oleh perkataan-perkataan yang menyakitkan dari orang-orang emosional. Orang-orang yang sering kita sakiti baik dengan sikap maupun ucapan yang emosional pasti mengalami kesulitan untuk bersaksi bahwa kita orang baik," tutur Ishom.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement