Senin 06 Jan 2020 10:26 WIB

Cuaca Ekstrem Masih Mengancam

Warga diimbau kurangi aktivitas di luar ruangan.

Warga korban longsor sambil membawa logistik menaiki bukit untuk menuju rumah mereka yang terdampak longsor di Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/1/2020).
Foto: ANTARA FOTO
Warga korban longsor sambil membawa logistik menaiki bukit untuk menuju rumah mereka yang terdampak longsor di Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, cuaca ekstrem masih terjadi di wilayah Indonesia sepekan ke depan. BMKG memprakirakan selama sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan dengan intensitas lebat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

"Hasil analisis kondisi dinamika atmosfer terkini menunjukkan masih adanya potensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia untuk sepekan ke depan,\" kata Deputi bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo dalam rilis yang diterima di Jakarta, Ahad (5/1).

Baca Juga

Mulyono menambahkan, analisis tersebut menunjukkan berkurangnya pola tekanan rendah di Belahan Bumi Utara (BBU) dan meningkatnya pola tekanan rendah di wilayah Belahan Bumi Selatan (BBS). Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat menyebabkan penambahan massa udara basah di wilayah Indonesia.

Serta meningkatnya pola tekanan rendah di BBS (sekitar Australia) dapat membentuk pola konvergensi (pertemuan massa udara) dan belokan angin menjadi signifikan meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia terutama di bagian selatan ekuator.

Sementara itu, berdasarkan model prediksi, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah diprediksikan mulai aktif di sekitar wilayah Indonesia selama periode sepekan ke depan, kondisi ini tentunya dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan cukup signifikan di wilayah Indonesia. BMKG memprediksi puncak musim hujan 2020 baru terjadi pada Februari dan Maret mendatang. Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati.

Kepala Bidang (Kabid) Diseminasi Iklim & Kualitas Udara BMKG Hary Djatmiko menjelaskan, meskipun sudah memasuki musim hujan, puncaknya baru akan dimulai pada Februari hingga Maret mendatang. Dia mengimbau masyarakat waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan. Misalnya, ancaman bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin.

"Selain itu, kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diimbau agar selalu waspada," tuturnya kepada Republika, Ahad.

Potensi ketinggian gelombang laut di wilayah Indonesia hingga mencapai lebih dari 2,5 meter dapat terjadi di beberapa wilayah perairan antara lain Laut Natuna Utara, Laut Jawa Bagian Timur, Perairan Utara Kepulauan Anambas- Kepulauan Natuna, Perairan Selatan Jawa Barat Hingga Sumba, Selat Bali - Selat Lombok - Selat Alas bagian Selatan, Perairan Pulau Sawu-Rote, Samudra Hindia Selatan Jawa Hingga NTT, Laut Banda, Perairan Kepulauan Kai-Aru, Laut Sulawesi Bagian Timur.

photo
Sejumlah anggota Sat Brimobda Jabar, Basarnas dan relawan melakukan proses pencarian korban tanah longsor di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (5/1/2020).

Peringatan dini

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo mengimbau semua pihak waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan. "BNPB minta Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) seluruh Indonesia supaya aktif menginformasikan peringatan dini cuaca ekstrem kepada masyarakat. Melalui peringatan dini tersebut, warga dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Ahad.

Selain hujan lebat, cuaca ekstrem berpotensi memicu terjadinya potensi ketinggian gelombang laut di wilayah Indonesia hingga mencapai lebih dari 2,5 meter di beberapa wilayah perairan Indonesia sepekan ke depan. Kepala Pelaksana Harian (Kalak) BPBD Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, Muhammad Ali Rachman sudah mengeluarkan imbauan agar warga di daerah itu agar mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Dengan kondisi cuaca seperti sekarang ini, kami mengimbau masyarakat agar mengurangi aktivitas di luar rumah, utamanya, warga yang berada di daerah bantaran sungai dan pesisir pantai sebab kondisi cuaca saat ini, khususnya angin, sering berubah, dan berpotensi menimbulkan angin yang cukup kencang,” kata Muhammad Ali Rachman, Ahad.

Ia menyampaikan, saat ini wilayah Kabupaten Mamuju sudah memasuki puncak musim hujan. Wilayah Kabupaten Mamuju sering dilanda hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Ia juga mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah yang rawan longsor, banjir bandang, dan kawasan abrasi pantai untuk selalu waspada.

“Ada beberapa titik di Mamuju yang pernah terjadi longsor dan diterjang banjir bandang, termasuk abrasi. Tentu, mereka sudah paham dengan kondisi itu, tinggal mengurangi aktivitas di luar rumah jika tidak terlalu penting,” kata dia.

BPBD Kabupaten Mamuju, ujarnya, telah melakukan langkah antisipasi dalam menghadapi kondisi cuaca seperti saat ini, dengan menyiagakan personel selama 24 jam. “Kami standby 1x24 jam dan jika ada masyarakat yang butuh bantuan, kami akan segera meluncur ke lokasi,” kata Ali Rachman. N rr laeny sulistyawati/antara, ed: agus raharjo

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement