REPUBLIKA.CO.ID, KERMAN -- Jenazah Komandan Pasukan Quds Iran Qasem Soleimani tiba di kampung halamannya di Kerman pada Selasa (7/1) pagi waktu setempat. Di sana, Soleimani akan dimakamkan. Televisi pemerintah mempertontonkan puluhan ribu orang memadati jalan-jalan Kerman.
Mereka membawa bendera Iran dan foto-foto Soleimani. Seruan doa berkabung juga terdengan riuh dari pengeras suara.
Upacara Selasa di Kerman menandai berkahirnya masa berkabung yang ditetapkan tiga hari bagi kematian jenderal paling berpengaruh berusia 62 tahun itu. Ia dibunuh dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandar Udara Internasional Baghdad, Irak Jumat pekan lalu.
Koresponden Aljazirah, Assed Beig, melaporkan dari Teheran bahwa kerumunan orang di Kerman adalah seruan yang sama dengan yang didengar di seluruh negeri para mullah itu. "Orang-orang di jalanan menyerukan balas dendam," kata Beig dikutip laman Aljazirah, Selasa.
"Emosi sangat tinggi. Akan sangat sulit bagi pemerintah untuk tidak mendengarkan ribuan dan ribuan orang di jalanan," ujarnya menambahkan.
Pada pemakaman di Kerman, pemimpin Garda Revolusi Iran Hossein Salami menjanjikan membakar tempat-tempat yang didukung AS. Salami juga tak luput memuji eksploitasi Soleimani. Ia menyebut jenderal yang kerap disebut jenderal bayangan itu martir, ia mewakili ancaman yang lebih besar bagi musuh-musuh Iran.
"Kami akan membalas dendam. Kami akan membara di mana mereka suka," kata Salami, menarik teriakan "Matilah Israel!" dari kerumunan.
Berbicara eksklusif kepada media Aljazirah dari ibu kota Iran, Profesor Universitas Teheran Foad Izadi mengatakan pembunuhan Soleimani telah meremajakan semangat revolusi, semangat perlawanan, dan semangat memerangi penindas di negara itu.
"Warisannya akan menjadi tujuan yang dia miliki. Salah satu tujuan yang dia miliki adalah untuk mengakhiri hegemoni AS di Timur Tengah," kata Izadi. Menurutnya, akan ada gelombang kebijakan anti-Amerika.
Izadi menngatakan bahwa Soleimani menentang kebijakan pemerintah AS di kawasan itu, serta dukungan yang mereka berikan kepada Israel. Meskipun orang-orang di Iran menghadapi tekanan ekonomi, yang lebih penting bagi mereka adalah keamanan negara.
"Ketika Anda membunuh seorang jenderal yang tugasnya melindungi perbatasan, mereka akan marah," kata Izadi, merujuk pada orang-orang Iran yang berkumpul di jalan-jalan.
Pada Senin, dengan penuh duka Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menangis secara terbuka ketika dia memimpin doa pemakaman di Teheran. Pembunuhan Soleimani ini jelas sangat memicu peningkatan dramatis ketegangan di kawasan itu dan menandai konfrontasi paling signifikan antara AS dan Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Gesekan itu berakar pada keputusan 2018 AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015 antara Iran dan kekuatan dunia. Khamenei pun telah berjanji akan "balas dendam berat" atas pembunuhan itu sementara tokoh-tokoh pro-Iran lainnya di kawasan itu, termasuk kepala gerakan Hizbullah Libanon Hassan Nasrallah, juga berjanji akan melakukan pembalasan. Meskipun tidak jelas bagaimana atau kapan Iran dapat merespons, respons apa pun kemungkinan akan datang setelah periode berkabung berakhir.