Rabu 08 Jan 2020 09:04 WIB

Jejak Reynhard Sinaga di Depok

Reynhard bukan siswa yang menonjol sehingga tak dapat perhatian lebih dari guru.

Kasus Reynhard Sinaga di media Inggris
Foto: Daily miror
Kasus Reynhard Sinaga di media Inggris

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Ilham Tirta, Rusdy Nurdiansyah

Baca Juga

Matahari cukup terik di Kota Depok pada pukul 11.00 WIB, Selasa (7/1), dengan suhu 31 derajat Celsius. Namun, sejumlah pohon palem dan rambutan membuat pekarangan rumah yang tidak jauh dari Polres Kota Depok dan Kantor Wali Kota Depok itu sejuk dan asri.

Berdiri di atas tanah lebih dari satu hektare dengan dominasi warna cerah, rumah itu terlihat besar dan megah, bak istana berlantai dua. Palem dan rambutan dengan taman-taman kecil nan rapi yang mengelilinginya menegaskan status pemiliknya.

Di sampingnya, terhampar dua hektare lahan berlantai konblok yang ditatap gedung serbaguna yang mewah. Biasanya disewa untuk berbagai kegiatan pertemuan. "RONATAMA Graha & Convention Hall" tertulis besar di depan kedua bangunan itu.

Ketika Republika mendekat, tidak ada aktivitas apa pun di rumah itu. Hanya ada dua penjaga pekarangan yang tampak, satu di antaranya mendekat ke gerbang. "Tidak ada siapa-siapa," kata dia, menjawab Republika yang menanyakan SS, sang pemilik rumah. Ia bergeming ketika Republika menyebut nama Reynhard Sinaga, anak sulung SS, dan cepat-cepat kembali ke depan rumah yang jaraknya sekitar 50 meter dari gerbang.

Pria yang bernama lengkap Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga itu memang membuat gegar setelah diberitakan mendapat vonis seumur hidup dari pengadilan Manchester, Inggris, pada Senin (6/1). Pria 36 tahun divonis bersalah dalam dakwaan pemerkosaan 48 korban pria di Kota Manchester. Polisi setempat menyebut jumlah korban dari lelaki yang mendekam dalam penjara Kota Manchester sedikitnya 159 orang.

Menamatkan kuliah jurusan Arsitektur di Universitas Indonesia pada 2006, pria yang disapa Rey itu tak banyak dikenal oleh para tetangganya di Jalan Dahlia, Kelurahan Depok, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Sebab, sesaat setelah tamat, pemuda kelahiran Jambi pada 19 Februari 1983 itu melanjutkan belajar di Inggris.

"Saya tidak pernah ketemu (Rey). Kalau dengan bapaknya sering ngobrol karena lumayan aktif di kegiatan RT," kata Ketua RT 3 RW 11, Abraham Jonathans, ketika ditemui di Depok.

Menurut Abraham, suatu saat SS (65 tahun) pernah mengobrol soal anak-anaknya. Pasangan SS dan NS dikaruniai tiga orang anak (BBC menyebut empat anak--red), satu di antaranya perempuan. "Dia cerita (satu) anaknya itu kuliah di Inggris," kata dia.

Selain itu, keluarga pasangan SS baru empat tahunan tinggal di wilayah itu. Sebelumnya, mereka tinggal di RT 1 RW 5, Kelurahan Beji Timur, Beji, Depok. Sekitar lima kilometer dari alamat barunya. Ketua RT 1, Rahmat Sugianto membenarkan SS adalah mantan warganya. "Iya betul," kata dia.

Abraham mengingat ketika SS lima tahun yang lalu mengurus pembangunan rumah dan dua gedung petemuan di lahan seluas tiga hektare di Jalan Dahlia. Ada tiga bangunan di dalamnya, yakni rumah utama seluas 2.000 meter persegi, bangunan gedung pertemuan seluas 6.000 meter persegi, dan bangunan gedung Rumah Duka Berbahagia seluas 2.500 meter persegi.

Tempat itu cukup strategis. Di seberangnya, berdiri Happy Holy Kids Depok dan HFO School yang bersisiran dengan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Kamboja Rayon 9 Depok. Kurang dari satu kilometer adalah RS Hermina Depok.

Warga setempat mengenal SS sebagai orang kaya raya. Abraham menambahkan, SS orang kaya yang memiliki jiwa sosial. "Kalau saya ajukan proposal kegiatan RT, dia berpartisipasi," kata dia.

Selain rumah dan properti mewah itu, dia juga memiliki tanah seluas 3.000 meter persegi di Jalan Bungur Kota Depok. "Dulu dia ingin bangun juga di situ, tapi sampai sekarang belum jadi."

Namun, dia tidak habis pikir dengan kasus Rey yang terjadi sejak 2017. Keluarga SS, menurut dia, selama ini tidak pernah terlihat panik atau ada masalah. Termasuk saat peresmian gedung serbaguna yang dihadiri Wali Kota Depok Idris Abdul Somad pertengahan 2019. "Mereka (keluarga SS) ada saat itu," ujar Abraham.

Dia menyebut tak tahu bagaimana perangai Rey yang oleh media asing disebut 'monster paling berbahaya'. "Yang saya tahu mereka beribadat di HKBP Jalan Cendrawasih," kata dia. Gereja itu berada di Jalan Cenderawasih, Tanah Baru, Depok.

Tidak ada penjelasan apakah keluarga SS berada di rumah atau tidak pada Senin. Abraham hanya mengaku sebelumnya sempat mendengar SS akan ke Inggris dalam waktu cukup lama. Sementara itu, Kristian (50), mengaku kehilangan sosok SS dalam beberapa hari terakhir.

Kristian mengaku biasa bertemu SS setiap pagi, saat keduanya berpapasan jalan santai menyusuri Dahlia. "Dia suka jalan pagi, sering ngobrol kalau berpapasan," kata tetangga SS tersebut.

Sebagai sesama RT, Kristian mengaku kaget dan tertegun ketika melihat pemberitaan di televisi pada Selasa pagi. Ia langsung mengidentifikasi Reynhard Sinaga sebagai putra sulung SS yang sedang di Inggris. Ia pun menyempatkan melihat keadaan rumah SS pada pagi itu dan tidak menemukan apa-apa.

"Saya langsung tahu, walaupun tak pernah ketemu dengan anaknya (Rey), tapi saya tahu," kata dia. "Wajahnya (Rey yang di televisi) mirip bapaknya."

Seorang tetangga, sekaligus tukang masak di rumah SS malah bertanya balik ketika Republika menyebut marga Sinaga. "Emang benar ada begitu (kasus Rey)?" kata wanita yang tak menyebut namanya. Wajahnya menunjukkan raut tak percaya dengan berita itu. Saat ditemui Republika, dia sedang membuat makanan untuk pekerja di rumah SS.

Tentu saja, perempuan paruh baya itu kenal dengan keluarga Sinaga. Namun, ia menolak memberi cerita lebih jauh karena tidak enak hati. "Hanya kenal biasa," kata dia akhirnya.

photo
Reynhard Sinaga

Keluarga tertutup

Ketua RT 1 RW 5, Kelurahan Beji, Depok, Rahmat Sugianto mengungkapkan kesan yang berbeda. Menurut dia, keluarga SS jarang sekali bersosialisasi dengan warga sekitar. Bahkan, ia mengaku belum pernah berbicara dengan SS. "Hanya sama ibunya (istrinya) pernah, cuma tidak lama, sama seperti orang kaya lainnya, tidak banyak ngomong," kata Rahmat.

Alih-alih memperhatikan Rey kecil, Rahmat mengaku selama menjadi warga RT 1, keluarga SS jarang terlihat. Mereka tidak berkumpul dengan warga ketika ada acara RT. Bahkan, ia menyebut SS hanya menumpang alamat di situ. "Tidak pernah bergaul dengan warga, keluarga eksklusif, bisa dibilang alamatnya saja di sini, merekanya tinggal di tempat lain," kata dia.

Namun, ia mengakui, sampai lulus kuliah, Reynhard tercatat masih tinggal bersama orang tuanya di RT 1. Namun, ia mengaku lupa dengan sosok Reynhard yang bersekolah di SMA Negeri 1 Depok. Keluarga itu baru pindah ke Kelurahan Pancoran Mas pada 30 September 2016. Saat itu, Reynhard sudah di Inggris.

Rumah SS di Beji Timur tak sebesar yang di Pancoran Mas. Meski begitu, rumah itu tetap yang paling besar di wilayah itu. Setelah SS pindah ke Pancoran Mas, rumah itu diisi kerabat SS. Rumah itu berada di antara kampus UI dan SMAN 1 Depok yang ada di Jalan Nusantara. Jika memakai kendaraan sepeda motor, Rey hanya butuh waktu sekitar lima menit untuk sampai UI atau ke SMA dari rumahnya.

Parulian, seorang jemaat gereja yang tak jauh dari rumah SS mengaku, mengenal SS sebagai pebisnis properti dan pemilik bank perkreditan rakyat (BPR) yang memiliki cabang hampir di seluruh Indonesia.

"Saya dapat informasi SS juga mantan pensiunan PNS yang merupakan pejabat di PU. Saya enggak tahu, apakah mantan pejabat di PU DKI Jakarta atau mantan pejabat Kementerian PU. Setelah pensiun, SS berbisnis properti dan membangun rumahnya yang cukup mewah bak istana di kawasan elite Depok Lama, di tengah-tengah Kota Depok," tutur Parulian.

SS membuka bisnis gedung pertemuan dan Rumah Duka Berbahagia di dalam lingkungan rumahnya yang cukup luas. "Nama, Ronatama itu singkatan keempat nama anak-anak SS Ronatama juga memiliki arti datang kebaikan," kata Parulian.

photo
Reynhard Sinaga, WNI yang terlibat kasus terbesar dalam sejarah kejahatan seksual di Inggris

Masa sekolah

Berbeda dengan pengalaman kuliah, jejak rekam akademis Reynhard waktu SMA tidak terlalu bagus. Ia berada pada level rata-rata. "Catatan akademiknya biasa-biasa saja," kata kepala SMAN 1 Kota Depok Supyana.

Berdasarkan catatan sekolah, Rey lulus di sekolah itu pada 2001. Dia merupakan lulusan jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA). Menurut dia, secara kepribadian tidak banyak yang diketahui tentang Rey. Namun, Supyana tetap mencoba mencari informasi setelah banyak diberitakan kasusnya.

Berdasarkan informasi yang dia terima, Rey bukan siswa yang menonjol sehingga tidak mendapat perhatian lebih dari guru. Ia tidak menunjukkan ada kelainan, sama seperti siswa biasanya. "Sama seperti anak seumurnya, biasa-biasa saja," kata dia.

Namun, setelah lulus dari SMAN 1 Depok, dia mendaftar ke UI melalui SBMPTN. Hal itu menurutnya prestasi. “Kalau dulu kan sedikit yang bisa masuk. Dia salah satunya, berarti kan bagus juga,” kata Supyana.

Sementara itu, jejak Rey yang lain, seperti perilaku keseharian ketika di kelas, tak pernah diketahui. Sebab, guru hingga wali kelas yang pernah menangani Rey, menurut Supyana, sudah pensiun. “Kami kehilangan jejak. Semua gurunya sudah pensiun."

Reynhard diterima di SMAN 1 Depok karena meraih NEM cukup tinggi saat lulus dari SMPN 2 Depok pada 1998. Reynhard meraih NEM 3,8 yang membuat dia dengan mudah diterima di SMAN 1 Depok yang merupakan sekolah favorit.

Berdasarkan informasi dari teman sekolah Reynhard di SMPN 2 Depok, Yuli, Reynhard merupakan sosok yang menyenangkan dan menghibur. Namun, Reynhard memang sudah menunjukkan ketertarikannya terhadap laki-laki. "Dia anak yang pintar tapi memang dari dulu perilakunya sudah ngondek," kata Yuli. ed: satria kartika yudha

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement