Kamis 09 Jan 2020 14:21 WIB

IDI Sebut GHB Dijual Secara Ilegal

GHB dipakai untuk terapi, tetapi lebih banyak efek negatifnya dibandingkan positif.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolanda
Minum Obat (Ilustrasi)
Foto: Flickr
Minum Obat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kajian Obat PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Rika Yuliwulandari menyebutkan obat gamma-hydrozybutyrate atau GHB yang digunakan Reynhard Sinaga untuk memperkosa korbannya dipasarkan secara ilegal atau black market. Pasalnya obat tersebut tidak terdaftar sebagai obat esensial nasional.   

“Setahu saya obat GHB ini tidak diresepkan secara legal, mungkin kalau di black market ada,” ujar Rika melalui sambungan telepon, Kamis (9/1).

Baca Juga

Rika berujar, sebelumnya juga sempat booming terkait ditemukannya obat GHB di Korea Selatan. Di Korea, obat GHB digunakan di dalam kelab malam untuk bersenang-senang. 

“Jadi saya rasa mungkin di Indonesia (juga) ada tapi mungkin black market. Yang tidak official dan legal diresepkan untuk pasien,” terangnya.

Karena sebenarnya, sambung Rika, obat GHB tersebut digunakan juga sebagai obat terapi suatu penyakit. Namun sayangnya, dibandingkan manfaatnya jauh lebih banyak dampak negatif di dalam GHB.

“Sebenarnya dipakai untuk terapi suatu penyakit tapi perbandingan efek postif dan negatifnya, akhirnya obat lain lebih banyak diresepkan (daripada GHB),” terang Rika.

GHB lanjut Rika, memiliki efek sebagaimana narkotika. Pemakaian yang berkelanjutan berbulan-bulan akan menimbulkan ketergantungan.

Sebagaimana narkoba pada umumnya kata Rika, pemakaian GHB ini bisa menimbulkan rasa senang, ngantuk, terganggunya fungsi motorik bahkan mungkin tidak sadarkan diri, dan juga lupa akan kejadian selama proses intoksikasi itu atau selama proses keracunan obat tersebut.

“Mungkin dosis-dosis di kelab malam itu hanya sebatas agar percaya diri, agar merasa senang, tidak sampai menimbulkan ketidaksadaran,” kata Rika.

Namun, lanjut Rika, dengan naiknya dosis dapat menyebabkan kesadaran akan berkurang. Bahkan bila berlebihan dapat menyebabkan kematian.

“Nah berapa tingginya dosis untuk menimbulkan tiap efek itu, setiap orang kan beda-beda kemampuannya merespon terhadap obat. Dan justru karena (GHB) mempunyai efek seperti narkoba, makanya sering disalahgunakan,” ungkap dia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement