REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menduga pesawat Ukraine International Airline jatuh akibat terhantam misil Iran. Pesawat tersebut jatuh pada Rabu (8/1) lalu tak lama setelah lepas landas dari bandara Imam Khomeinei di Teheran.
Trudeau mengaku telah menerima informasi intelijen dari berbagai sumber yang mengarah pada dugaan tersebut. "Bukti mengindikasikan pesawat itu ditembak jatuh oleh misil darat ke udara milik Iran. Kami menyadari ini mungkin dilakukan tanpa sengaja," ujarnya pada Kamis (9/1).
Kendati demikian dia mengakui bahwa hanya penyelidikan komprehensif dan kredibel yang dapat memastikan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. "Saya ingin jawaban," kata Trudeau.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah meminta semua pihak tak berspekulasi tentang penyebab jatuhnya pesawat Ukraine International Airline di Teheran. Menurutnya, biarkan penyelidikan terkait kejadian tersebut berjalan.
"Tak diragukan lagi, prioritas bagi Ukraina adalah mengidentifikasi penyebab kecelakaan pesawat. Kami pasti akan menemukan kebenaran. Untuk tujuan ini penyelidikan menyeluruh dan independen akan dilakukan sesuai dengan hukum internasional," kata Zelenskiy pada Kamis.
Dia mengungkapkan akan terus menjalin koordinasi dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dan bekerja sama menyelidiki insiden tersebut.
Pesawat Boeing 737 milik Ukraine International Airlines jatuh di Teheran pada Rabu. Pesawat disebut mengalami masalah teknis setelah lepas landas dari bandara Imam Khomeini.
Tim penyelidik Iran mengatakan pesawat tersebut terbakar sesaat sebelum jatuh. Keterangan itu diperoleh dari sejumlah saksi yang melihat kejadian secara langsung. Kedutaan Besar Ukraina di Iran telah mengumumkan dugaan awal bahwa pesawat jatuh akibat kerusakan mesin. Namun hal tersebut belum dapat divalidasi.
Semua penumpang dan awak yang menumpangi pesawat Ukraine International Airline telah dinyatakan tewas. Terdapat 176 korban jiwa, dengan rincian, 82 orang Iran, 63 orang Kanada, 11 orang Ukraina, 10 orang Swedia, tiga warga Jerman, dan tiga warga Inggris.