REPUBLIKA.CO.ID, BATANGAS -- Gumpalan yang menyembur dari Gunung Berapi Taal menimbulkan abu vulkanis yang terdiri atas kepingan partikel halus pecahan kaca. Kondisi itu membuat La Luz di Taal Volcano Island, Filipina, menjadi wilayah tanah kosong.
Juru bicara Dewan Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Nasional di Filipina Mark Timbal mengatakan, inspeksi udara mengonfirmasi bahwa vegetasi dan kehidupan binatang di pulau gunung berapi telah mati, terbakar oleh panas. "Sekarang ini adalah tanah tak bertuan. Seperti langit dan bumi jatuh di atasnya," katanya, dikutip dari Aljazirah.
Gempa bumi vulkanis yang sering terjadi dan retakan jalan yang disebut "celah" mendorong pihak berwenang untuk memulai evakuasi paksa. Mereka memindahkan sekitar 300 ribu penduduk yang tinggal di dalam "zona bahaya" 14 kilometer di sekitar Gunung Berapi Taal ke tempat yang lebih aman.
"Apa yang kami amati sekarang, gempa bumi (gunung berapi) dan celah (retakan jalan) adalah tanda-tanda bahwa magma masih meningkat di Taal," kata ahli dari Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PhilVocs) Mariton Bornas, dikutip dari Aljazirah.
Bornas menjelaskan, celah sudah terbuka, sehingga jika ada magma yang datang dari bawah, maka akan naik dengan cepat. "Tidak ada lagi penyumbatan," ujarnya. Di beberapa kota di provinsi Batangas, sekitar 25 kilometer jauhnya dari Gunung Api Taal, retakan jalan telah menghancurkan beberapa rumah.
Gunung berapi telah berada pada level 1 waspada sejak tahun lalu. Namun, PhilVocs menaikkan level ke 4 pada pekan lalu. Kondisi itu membuat peringatkan bahwa letusan berbahaya mungkin terjadi dalam beberapa jam atau hari.
Pihak berwenang sedang mempersiapkan dua skenario ekstrim terburuk. Skenario pertama di mana letusan dapat terjadi selama beberapa hari dan kondisi kedua saat letusan berlangsung selama berminggu-minggu.
"Bisa singkat, bisa lama," kata Bornas, membandingkan aktivitas gunung berapi terbaru Taal dengan letusan sebelumnya. Pada 1911, Taal meletus selama tiga hari di bulan Januari. Pada 1754, terjadi selama tujuh bulan.