REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat tata kota asal Universitas Trisakti Nirwono Joga menyebut banjir Jakarta yang terjadi pada awal tahun 2020 diakibatkan curah hujan lokal yang tinggi. Secara spesifik, menurut Nirwono banjir di Jakarta pada awal tahun timbul karena penyempitan sungai dan sedimentasi kali, serta drainase yang kurang baik.
"Banjir terjadi karena hujan lebat Jakarta, sementara Puncak Bogor hujan belum lebat. Kalau tidak salah pintu air Katulampa masih siaga 2, belum siaga 1 jadi banjir kiriman belum ada faktornya," ujar Nirwono di Jakarta, Rabu (16/1).
Nirwono pun menjabarkan empat tipe banjir yang terjadi di Jakarta. Pertama, banjir kiriman yang diakibatkan curah hujan tinggi di Puncak Bogor kemudian mengalir ke 13 sungai besar di Jakarta. Kemudian banjir lokal yang dipengaruhi kurangnya lebar sungai dan tidak bisa menampung air, serta drainase yang buruk untuk mengalirkan air hujan.
Ketiga yakni banjir rob saat bulan purnama muncul, kemudian pantai mengalami air laut pasang hingga mencapai daratan. Terakhir adalah banjir besar siklus tahunan yang biasa terjadi di bulan Januari dan Februari, yang bisa juga dibarengi hujan lebat di kawasan Puncak dan Jakarta.
"Kalau kita menganggap banjir itu penting maka ada langkah darurat yang harus dilakukan dalam 2 -3 minggu ke depan, harus dipastikan ada posko pengungsian sudah siap. Tidak ada lagi alasan tidak siap untuk evakuasi bencana," ujar dia.