REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produksi beras di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sepanjang tahun 2019 surplus 147.454 ton atau mencukupi selama 12,3 bulan, meski dilanda musim kemarau panjang.
"Kita mengapresiasi kepada kelompok petani dengan kerja keras hingga produksi beras surplus," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak Dede Supriatna saat dihubungi di Lebak, Jumat (17/1).
Produksi beras di Kabupaten Lebak mampu menyumbangkan kebutuhan pangan nasional dengan memasok ke Pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang dan Pasar Induk Cipinang Jakarta Timur.
Selain itu juga memasok ke sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak dan Serang. Meski kemarau panjang hingga enam bulan terakhir tahun 2019, namun tidak berpengaruh terhadap poduksi beras.
Mereka petani mengoptimalkan pompa baik melalui bantuan pemerintah juga swadaya petani dengan menyedot air dari aliran sugai, embun hingga waduk. "Kami sudah biasa jika musim kemarau dipastikan menggunakan pompa untuk mengaliri areal persawahan," katanya menjelaskan.
Menurut dia, keberhasilan surplus beras itu karena gerakan percepatan tanam cenderung meningkat. Mereka petani mengembangkan pertanian sawah itu dengan memanfaatkan jaringan irigasi dan pompa untuk menyedot air permukaan.
Karena itu, realisasi indeks penanaman (IP) bisa dilakukan 2,5 musim per tahun,sehingga mendongkrak produksi pangan.
Berdasarkan data produksi beras sepanjang 2019 sebanyak 291.178 ton,sedangkan kebutuhan konsumsi penduduk Kabupaten Lebak 1,2 juta/tahun rata-rata 143.724 ton, sehingga surplus 147.454 ton untuk 12,3 bulan.
"Kami mendorong petani terus meningkatkan produksi beras, meski saat ini seluas 890,5 hektare rusak berat akibat diterjang banjir bandang dan longsor," katanya.
Sejumlah pedagang di Pasar Rangkasbitung Lebak bahwa mereka mendatangkan beras lokal dari Kecamatan Malingping karena kualitasnya cukup bagus, selain pulen rasanya juga beraroma.
Jenis beras dari daerah itu banyak diminati pasar karena jenis beras Ciherang juga harganya relatif murah dan terjangkau masyarakat dengan harga di pasaran Rp9.000/liter.
Saat ini, stok beras lokal yang ada sekitar 20 ton dan mencukupi untuk dua bulan ke depan.
"Kami sejak empat tahun terakhir tidak mendatangkan beras dari Jawa Barat maupun Jawa Tengah karena produksi beras lokal melimpah juga berkualitas," ujar H Baden (65) seorang pedagang beras dikiosnya di Pasar Rangkasbitung.