Sabtu 18 Jan 2020 10:10 WIB

Wabah Pneumonia, AS Lakukan Screening Penumpang dari Cina

Tiga bandara di AS menerapkan screening suhu tubuh penumpang dari Cina tengah.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Reiny Dwinanda
Pemantauan suhu tubuh penumpang pesawat. Tiga bandara di AS akan memberlakukan pemantauan suhu tubuh penumpang yang datang dari Cina tengah menyusul wabah pneumonia.
Foto: Antara/Lucky R.
Pemantauan suhu tubuh penumpang pesawat. Tiga bandara di AS akan memberlakukan pemantauan suhu tubuh penumpang yang datang dari Cina tengah menyusul wabah pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Tiga bandara AS akan menerapkan skrining terhadap penumpang yang datang dari Cina tengah untuk menyaring mereka yang mungkin terinfeksi virus korona jenis baru. Virus itu telah membuat puluhan orang sakit, menewaskan dua orang, dan memicu kekhawatiran tentang wabah global.

Pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan, pihaknya akan mulai mengukur suhu penumpang di tiga bandara AS, yakni bandara John F Kennedy New York City, bandara Los Angeles, dan bandara San Francisco. Dilansir AP, Sabtu (18/1), pejabat setempat memperkirakan sekitar 5.000 penumpang akan melalui proses skrining selama beberapa pekan ke depan.

Baca Juga

Penerbangan langsung pertama dari Wuhan dijadwalkan tiba pada Jumat malam di Kennedy dan Sabtu pagi berikutnya di San Francisco. Selain memantau suhu tubuh penumpang, CDC akan juga menanyakan tentang gejala yang dialami penumpang yang datang dari kota Wuhan.

Dokter mulai melihat jenis baru virus pneumonia pada orang yang bekerja di atau mengunjungi pasar makanan di pinggiran kota Wuhan pada akhir bulan lalu. Penyakit itu ditandai dengan demam, batuk, dan kesulitan bernapas.

Lebih dari 40 kasus virus korona jenis baru telah dikonfirmasi di Asia, termasuk dua kematian, setidaknya satu yang melibatkan kondisi medis sebelumnya.  Para pejabat mengatakan virus itu mungkin menyebar dari hewan ke manusia, tetapi belum bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa itu dapat menyebar dari orang ke orang.

Dr Martin Cetron dari CDC mengungkapkan, sejauh ini risiko bagi publik Amerika dianggap rendah. Akan tetapi, CDC ingin mempersiapkan diri dan mengambil tindakan pencegahan.

"Semakin awal kita mendeteksi suatu kasus, semakin baik kita dapat melindungi masyarakat, dan semakin kita dapat memahami tentang virus ini dan risiko penyebarannya," kata Cetron.

Virus kemungkinan dapat bermutasi menjadi lebih berbahaya. Kemungkinan juga lebih banyak kasus akan muncul di seluruh dunia, termasuk setidaknya satu dari beberapa titik di Amerika Serikat, menurut pejabat CDC lainnya, Dr Nancy Messonnier.

CDC mengirimkan 100 staf untuk menangani skrining di bandara. Penumpang yang dicurigai terinfeksi akan menjalani tes flu atau penyebab lainnya.

Rencananya, mereka akan dibawa ke ruang isolasi di rumah sakit terdekat sampai dokter tahu penyebab penyakitnya demi mencegah kemungkinan penyebaran virus baru tersebut. Pengujian khusus untuk virus dapat memakan waktu satu hari untuk hasil.

Setidaknya sekitar enam negara di Asia telah mulai melakukan screening penumpang penerbangan yang masuk dari Cina tengah. Thailand dan Jepang, yang keduanya telah melaporkan kasus penyakit ini pada orang yang datang dari Wuhan, termasuk di antaranya. Arus penumpang saat ini sedang deras karena orang-orang melakukan perjalanan ke dan dari Cina untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement