REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia sedang mengembangkan vaksin untuk menghentikan kekuatan virus korona jenis baru di China. Kabar itu disampaikan oleh badan pengawas keamanan konsumen Rusia, Rospotrebnadzor, Rabu, seperti dilaporkan kantor berita RIA.
"Ya, tentu, pengembangan vaksin sedang dilakukan. Setiap kali kita menghadapi mutasi (virus), kita segera mulai mengembangkan vaksin," kata Anna Popova, kepala Rospotrebnadzor.
RIA mengutip Elena Yezhlova, kepala Departemen Pengawasan Epidemiologi Rospotrebnadzor saat menjelaskan proses tersebut. Elena menjelaskan bahwa pengembangan vaksin merupakan proses panjang dan sulit.
"Keputusan diambil atas dasar risiko dan tingkat keperluan yang dituntut oleh situasi saat ini," kata Elena.
"Pada saat ini, kami akan berpegang pada rekomendasi-rekomendasi WHO."
Pada Rabu, Rospotrebnadzor telah mengonfirmasikan bahwa badan tersebut sedang memperkuat pengawasan kesehatan dan karantina di semua gerbang kedatangan di negara itu terkait wabah virus korona di China. Sementara itu, korban jiwa akibat virus korona di China bertambah menjadi sembilan pada Rabu (22/1), dengan 440 kasus yang terkonfirmasi.
"Sebanyak 2.197 kasus lain dari kontak dekat dengan pasien telah dikonfirmasi dan ada bukti penularan virus lewat jalur pernapasan," kata wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional Li Bin kepada wartawan.
China juga berjanji untuk memperketat tindakan pencegahan di rumah sakit. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengadakan pertemuan darurat pada Rabu untuk menentukan apakah wabah virus korona baru sebagai keadaan darurat kesehatan global.
Virus pneumonia misterius tersebut berasal dari pusat kota Wuhan di Hubei pada akhir tahun lalu. Virus telah menyebar ke kota-kota China termasuk Beijing dan Shanghai, serta Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.