Kamis 23 Jan 2020 10:43 WIB

Senat Setujui Tata Cara Sidang Trump

Rencana Demokrat menghadirkan saksi kunci gagal.

Presiden Donald Trump melakukan kampanye pemilhannya kembali saat pemakzulannya oleh DPR diputuskan. Trump mengatakan, Partai Demokrat melakukan tindakan bunuh diri.
Foto: AP
Presiden Donald Trump melakukan kampanye pemilhannya kembali saat pemakzulannya oleh DPR diputuskan. Trump mengatakan, Partai Demokrat melakukan tindakan bunuh diri.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sidang pertama Senat tentang permakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diwarnai debat panjang sekitar 13 jam. Pada pukul 02.00 waktu AS, Rabu (22/1), Senat akhirnya menyetujui tata cara sidang pemakzulan dengan suara 53 banding 47 suara.

Hakim Agung John Roberts membuka sidang ini dan bersumpah memberikan keadilan yang tak memihak. Sementara itu, anggota House of Representative bertindak sebagai jaksa dan tim hukum Trump.

Baca Juga

Sidang pembukaan ini berlangsung hingga larut malam. Para senator bertahan di tempat mereka sampai pukul 22.30 waktu setempat. Tidak ada telepon genggam atau perangkat elektronik yang boleh dinyalakan.

Awalnya, Partai Republik meminta sidang dipadatkan dalam waktu dua hari untuk kedua belah pihak. Upaya ini tampaknya merupakan strategi untuk mempercepat proses sidang. Rencana ini langsung diprotes Partai Demokrat. Akhirnya, sidang dengar diperpanjang satu hari.

Ketua Senat dari Partai Republik Mitch McConnell memberikan penawaran kepada Partai Demokrat untuk menggelar pemungutan suara lebih cepat. Namun, Ketua Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer menolaknya. Tidak ada kesepakatan yang berhasil diraih.

\"Bukan tugas kami untuk membuat ini lebih mudah bagi Anda. Tugas kami adalah mempersulit upaya menghilangkan pengadilan yang adil untuk rakyat Amerika,\" kata Ketua Komite Intelijen House Adam Schiff yang memimpin jaksa dalam persidangan ini.

Perubahan situasi ini menjadi langkah mundur bagi McConnell dan tim hukum Trump. Hal ini juga memperlihatkan adanya perpecahan di antara petinggi Partai Republik. Bukan tak mungkin gejolak internal ini menumbuhkan retak politik lebih dalam pada sidang pemakzulan yang ketiga kalinya sepanjang sejarah AS.

Sementara itu, Demokrat mendesak lebih banyak saksi untuk dipanggil ke sidang demi mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Trump. Namun, Partai Republik menolak permintaan Demokrat untuk meminta dokumen dari Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, dan kantor anggaran AS. Demokrat juga akan gagal untuk menghadirkan saksi kunci.

Sebelumnya, mantan penasihat Keamanan Nasional (NSA) John Bolton menyatakan akan bersedia bersaksi jika diperintahkan pengadilan. Bolton dikenal sebagai orang terdekat Trump sebelum ia mengundurkan diri.

Partai Republik memiliki 53 kursi, sementara Partai Demokrat hanya 47. Demokrat pun gagal memanggil Pelaksana Tugas Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney untuk bersaksi dalam persidangan. Sidang dilanjutkan pada Rabu.

Dipenuhi tamu

Gedung parlemen Capitol Hill dipenuhi tamu, salah satunya aktris dan aktivis Alyssa Milano. Sementara itu, sekutu-sekutu terdekat Trump duduk di kursi paling belakang.

Tim hukum Trump tidak membantah tindakan Trump yang menahan bantuan militer dan meminta Ukraina menyelidiki kandidat calon presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden. Namun, menurut mereka, Presiden AS itu tidak melakukan pelanggaran apa pun.

Sementara itu, Trump yang sedang berada di World Economic Forum di Davos, Swiss, menyempatkan diri untuk mencicit melalui Twitter. Ia menuliskan dalam hurup kapital, “READ THE TRANSCRIPTS!” atau diartikan, "Baca transkripnya!"

Hal tersebut mengacu pada transkrip percakapan telepon Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Percakapan itulah yang kemudian menggiring Trump pada sidang pemakzulan. n lintar satria/reuters/ap, ed: yeyen rostiyani

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement