REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Mantan presiden Bolivia Evo Morales, yang ingin mengarahkan partainya menuju kemenangan pemilu tahun ini, mengadakan acara 'perayaan'. 'Perayaan' itu diadakan untuk menandai berakhirnya masa jabatan presiden pada Rabu dari pengasingan di Buenos Aires.
Morales hidup di bawah suaka di Argentina setelah ia mengundurkan diri dari jabatan presiden di bawah tekanan pada November 2019 lalu, menyusul pemilihan yang kontroversial yang memicu protes luas. Berbicara di depan ribuan orang di stadion olahraga di ibu kota Argentina, Morales menyatakan bahwa ia memenangi pemilihan Oktober yang disengketakan dan memuji kebijakannya sebagai presiden, seperti menasionalisasi industri sumber daya Bolivia.
"Itu bukan jalan yang mudah dan, harus dikatakan, itu perlu untuk membuat perubahan besar," kata Morales dikutip Reuters. Ia tercatat telah memimpin Bolivia selama hampir 14 tahun.
"Saya berterima kasih kepada para peserta yang hadir dalam acara yang sangat penting ini, peringatan 14 tahun negara plurinasional, karena menemani saya, karena tidak meninggalkan saya," lanjutnya.
Pada Ahad, Morales yang dilarang mencalonkan diri kembali sebagai presiden, menunjuk mantan menteri ekonominya Luis Arce Catacora sebagai kandidat presiden Gerakan ke Sosialisme (MAS). Mantan menteri luar negeri David Choquehuanca ditunjuk sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden Bolivia pada 3 Mei mendatang.
Pemilihan umum yang baru akan berfungsi sebagai pemilihan ulang Oktober yang disengketakan dan menjadi yang pertama dalam dua dekade tanpa Morales. Morales mengundurkan diri pada 10 November setelah audit oleh Organisasi Negara-negara Amerika menemukan penyimpangan serius dalam penghitungan suara.
Morales menyangkal melakukan kesalahan dan menyatakan dia digulingkan dalam kudeta. Pada Selasa, Kongres Bolivia secara resmi menerima pengunduran dirinya dan wakilnya, Alvaro Garcia Linera.