Selasa 28 Jan 2020 04:11 WIB

20 Tentara Tewas dalam Serangan Kamp Militer Mali

Insiden terjadi pada menjelang fajar dan belum diketahui tokoh di balik penyerangan.

Rep: Puti Almas/ Red: Nora Azizah
Sebanyak 20 tentara dilaporkan tewas dalam serangan di sebuah kamp militer di wilayah tengah Mali, Afrika Barat, pada Ahad (26/1). Insiden terjadi pada menjelang fajar dan belum diketahui tokoh di balik penyerangan ini (Foto: ilustrasi militer Afrika)
Foto: BBC
Sebanyak 20 tentara dilaporkan tewas dalam serangan di sebuah kamp militer di wilayah tengah Mali, Afrika Barat, pada Ahad (26/1). Insiden terjadi pada menjelang fajar dan belum diketahui tokoh di balik penyerangan ini (Foto: ilustrasi militer Afrika)

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Sebanyak 20 tentara dilaporkan tewas dalam serangan di sebuah kamp militer di wilayah tengah Mali, Afrika Barat, pada Ahad (26/1). Insiden terjadi pada menjelang fajar dan belum diketahui tokoh di balik penyerangan ini.

Dalam sebuah pernyataan, Pemerintah Mali mengatakan teroris memasuki kamp di dekat Desa Sokolo. Tak hanya menewaskan para tentara, pelaku serangan juga menyebabkan kerusakan material yang signifikan atas perbuatan mereka.

Baca Juga

“Bala bantuan telah dikirim ke tempat kejadian dan pengintaian udara sedang dilakukan di daerah itu untuk melacak para penyerang,” ujar pernyataan pemerintah pada Selasa (27/1).

Terdapat beberapa kelompok militan yang terkait dengan Alqaidah, serta Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang beroperasi di wilayah tengah dan utara Mali. Mereka menggunakan daerah-daerah tersebut sebagai basis untuk menyerang tentara serta warga sipil di negara-negara tetangga, seperti Burkina Faso dan Niger.

Sebelumnya, sejumlah negara telah membantu Pemerintah Mali untuk melumpuhkan kelompok-kelompok militan yang berbahaya. Seperti Prancis pada 2013 membantu mengusir organisasi teror yang merebut wilayah utara Mali pada 2012.

Dewan Keamanan PBB juga mengerahkan misi penjaga perdamaian, yang dikenal sebagai MINUSMA ke Mali. Para anggota kelompok militan sebelumnya sempat berhasil dilumpuhkan, namun organisasi tersebut dapat kembali melakukan operasi kejahatan.

Sejumlah daerah besar di Mali, seperti Sahel kini juga dilaporkan mulai dikendalikan kelompok militan. Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran pemerintah lokal dan mitra internasional, salah satunya Amerika Serikat (AS) yang berjuang menahan penyebaran kelompok-kelompok miitan di seluruh Afrika Barat.

Pada November 2019, 24 tentara Mali tewas dan 29 lainnya terluka saat sedang melakukan patroli akibat serangan yang dilakukan kelompok militan. Selain itu, ada 20 orang terluka pada awal Januari ini, termasuk 18 pasukan penjaga perdamaian dari Chad, dalam serangan roket di sebuah pangkalan militer yang digunakan oleh pasukan Prancis dan Mali.

Sementara itu, Florence Parly sebagai Menteri Angkatan Bersenjata Prancis akan melakukan perjalanan ke AS. Ia akan bertemu dengan pejabat-pejabat Washington, di tengah kekhawatiran Negeri Paman Sam akan menarik diri dari Mali.

Prancis tercatat memiliki 4.500 tentara yang bertugas di Mali, serta Sahel. Meski demikian, AS selama ini memberikan dukungan militer yang sangat penting untuk mengamankan situasi di wilayah Afrika tersebut, mulai dari intelijen, logistik, dan drone (pesawat tanpa awak) yang sangat dibutuhkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement