Jumat 31 Jan 2020 02:12 WIB

YKAN: Populasi Kakap Merah Semakin Berkurang

YKAN menyebut kakap merah saat ini hanya tinggal enam persen.

Kepala Ikan Kakap
Foto: Antara/Yusran Uccang
Kepala Ikan Kakap

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang merupakan afiliasi lokal dari The Nature Conservancy (TNC) mengatakan pemerintah dan semua pihak perlu memperhatikan keberlangsungan populasi kakap merah dan kerapu karena semakin berkurang.

"Kakap merah saat ini hanya tinggal sekitar enam persen," kata Director of Fisheries Program Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Peter Mous di Jakarta, Kamis (30/1).

Data tersebut didapatkan dengan menggunakan Spawning Potential Ratio (SPR) atau dengan kata lain untuk mengetahui rasio dimana ikan berpijah. Hal tersebut juga hanya digunakan untuk spesies ikan kakap merah.

Ia mengatakan jika dibandingkan saat situasi sebelum adanya perikanan tangkap sama sekali atau nelayan masih menangkap ikan di sekitar bibir pantai maka populasi ikan tersebut cukup besar.

Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pemulihan untuk meningkatkan populasi ikan salah satunya dengan cara berhenti sementara. Hal tersebut diyakininya bisa meningkatkan pasokan ikan hingga 20 kali lipat dari saat ini.

Melihat kondisi tersebut, YKAN membutuhkan data lengkap terkait sebaran atau spesies ikan itu. Untuk mendapatkan data yang bagus maka kerja sama dengan nelayan merupakan metode terbaik.

"Di program kami, kami melibatkan nelayan untuk cari data tersebut. Contohnya memberi mereka kamera lalu difoto dari semua ikan yang mereka tangkap," katanya.

Kemudian, setelah mengumpulkan data-data itu YKAN langsung menganalisa menggunakan komputer. Metode tersebut dinilainya cukup baik untuk mendapatkan berbagai informasi tentang spesies ikan.

Secara umum ia melihat berkurangnya kakap merah dan kerapu salah satunya disebabkan oleh tidak adanya batasan dalam penangkapan ikan di Tanah Air.

"Perikanan Indonesia kalau ada yang mencari ikan hanya tinggal mengurus administrasi saja dan perizinan juga dipermudah," katanya.

Menurutnya, saat ini yang perlu dilakukan yaitu peningkatan kualitas tangkapan ikan bukan penambahan kapal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement