Ahad 02 Feb 2020 15:57 WIB

Bareksa Tetap Rekomendasi Investasi Meski Pasar Fluktuatif

Kinerja perusahaan dan rupiah yang baik jadi sentimen positif bagi pelaku pasar.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Investasi
Foto: Pixabay
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peralihan tahun selalu menjadi momen yang menarik bagi investor dan pengamat pasar modal. Sentimen window dressing di akhir tahun 2019 dan January Effect setidaknya mampu membuat investor lebih menaruh perhatian ekstra terhadap kinerja emiten-emiten unggulan, khususnya di saham-saham perusahaan blue chips.

Managing Director Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh menyarankan agar investor lebih menaruh perhatian dan peka dalam melihat juga menentukan langkah di pasar. Kini sejumlah isu eksternal terus berkembang di skala global dan regional.

Terlebih, merebaknya endemik virus corona yang bermula dari daratan China. Ini turut mempengaruhi sentimen pasar dan menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup negatif hingga di akhir perdagangan bursa di bulan Januari 2020.  

Selain itu, ada lagi perkembangan negosiasi dagang antara China - Amerika Serikat (AS) berangsur menjadi lebih positif, tensi geopolitik AS-Iran, aksi boikot CPO Malaysia oleh India. Semua sentimen tersebut perlu perhatian lebih.

"Kami di Bareksa Prioritas mengarahkan investor agar stay invested di market namun dengan lebih sensitif dalam mengambil keputusan untuk menentukan alokasi asetnya," katanya melalui siaran pers, Ahad (2/2).

Alasannya, saat ini Bareksa melihat beberapa korporasi global sudah merilis laporan keuangannya yang terlihat rata-rata sesuai ekspektasi. Dilansir dari Bloomberg, dari perusahaan-perusahaan S&P 500 yang telah merilis laporan keuangannya sejauh ini, sekitar 67 persen perusahaan tersebut telah membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan.

Selain itu, dari dalam negeri, kinerja rupiah terpantau menguat dengan kenaikan signifikan sejak awal tahun yang terus mengalami reli lebih dari dua persen. Hal ini semakin menjadi alasan untuk menguatkan tingkat optimisme investor agar tidak melakukan aksi cut-loss kendati isu regional tengah menunjukkan gejala siaga.

Disinggung soal minat investor high net-worth dalam merespons kondisi pasar bulan ini, Ricky menyebutkan, investor memilih untuk bertahan. Namun tetap mengambil opsi yang lebih terukur, yakni di produk-produk Reksa Dana Pasar Uang.

Kategori reksa dana ini dinilai dapat digunakan sebagai tempat parkir. Sambil secara bertahap mengambil momentum masuk ke pasar saham atau obligasi jangka menengah dan panjang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement