REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sebanyak 243 warga negara dan penduduk tetap Australia telah dievakuasi dari Wuhan, China, pada Senin (3/2), terkait dengan pencegahan penyebaran virus corona. Mereka akan dikarantina di Christmas Island.
Mereka menumpang pesawat Qantas Airways sewaan pemerintah, kemudian akan dikarantina di pulau kecil sebelah barat laut Australia berjarak sekitar 1.500 kilometer itu, yang sempat difungsikan sebagai pulau penampungan untuk para pengungsi.
"Kami memprioritaskan warga Australia yang rentan, mengingat ada 89 penumpang yang evakuasi berusia di bawah 16 tahun dan lima orang lainnya bayi di bawah dua tahun," ujar Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne.
Menurut pimpinan Qantas Airways Alan Joyce, seluruh penumpang dan kru pesawat evakuasi telah dibekali masker dan cairan pencuci tangan. Sementara pesawatnya sendiri telah dilengkapi penyaring udara berkualitas medis yang mematikan 99 persen partikel, termasuk virus.
"Pesawatnya jauh lebih aman, jauh lebih bersih daripada restoran atau kantor," ujar Joyce.
Sebelumnya, pesawat evakuasi dijadwalkan berangkat dari Wuhan pada Ahad (2/2) malam, namun perlu ditunda karena otoritas China harus melakukan pengecekan suhu tubuh para penumpang. Dari Wuhan, pesawat Qantas menuju sebuah pangkalan udara di bagian barat Australia. Kemudian, di sana para penumpang akan diterbangkan lagi ke Christmas Island dengan menggunakan pesawat militer Australia.
Kota Wuhan di Provinsi Hubei telah diisolasi untuk mencegah penularan dan penyebaran lebih lanjut virus corona yang mewabah sejak pertengahan Januari lalu. Hingga kini setidaknya 300 orang lebih telah menjadi korban meninggal dunia akibat terinfeksi virus tersebut.
Sebanyak 600 orang Australia terdaftar berada di wilayah provinsi Hubei pada pekan lalu. Payne menyebut pemerintah Australia akan mempertimbangkan evakuasi lebih lanjut bagi mereka jika dirasa perlu.
Selain evakuasi, pada Sabtu (1/2), Australia juga telah memberlakukan larangan masuk bagi siapa saja yang berangkat dari China serta meningkatkan status peringatan perjalanan menjadi tingkat tertinggi, yakni agar tidak pergi ke China. Langkah yang diambil Australia itu bisa memunculkan perhatian soal hubungan Australia dan China yang memburuk beberapa tahun terakhir. Namun, Payne menyebut bahwa pemerintah China memaklumi.