REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Berdasarkan hasil terbaru kaukus yang dikeluarkan Partai Demokrat Iowa Pete Buttigieg unggul tipis dari Bernie Sanders. Hasil itu dikeluarkan dua hari setelah Iowa menjadi negara bagian pertama yang menggelar kaukus kandidat calon presiden dari Partai Demokrat.
Namun, masih terlalu dini untuk menentukan pemenangnya karena baru 96 persen daerah yang melaporkan hasilnya. Perhatian dunia politik Amerika Serikat (AS) sudah pindah ke negara bagian selanjutnya, yakni New Hampshire. Negara bagian itu akan menggelar primary pertama pemilihan calon kandidat presiden dari Partai Demokrat pada Kamis (6/2) malam waktu setempat.
Penyelenggara kaukus di Iowa terlambat mengumumkan hasilnya karena masalah teknis. Kekacauan seputar pelaporan merusak dampak pemilihan Iowa. Biasanya pemenang di negara bagian itu mendapatkan momentum baik menuju primary.
Usia dua kandidat paling unggul di Iowa yaitu Buttigieg, seorang wali kota South Bend dan senator Sanders terpaut 40 tahun. Keduanya juga memiliki ideologi yang berbeda.
Sanders, seorang sosialis demokratik berusia 78 tahun sudah menjadi tokoh progresif selama berpuluh-puluh tahun. Sementara Buttigieg yang berusia 38 tahun mewakili suara yang lebih moderat di Partai Demokrat. Ia juga kandidat presiden pertama yang secara terbuka menyatakan dirinya seorang homoseksual.
Hasil terbaru kaukus Iowa menunjukkan senator Elizabeth Warren, mantan Wakil Presiden Joe Biden dan senator Amy Klobuchar tertinggal dari Buttigieg dan Sanders. Persaingan dalam primary Demokrat di New Hampshire semakin intensif.
Biden menyatakan jika Sanders mewakili partai Demokrat dalam pemilihan presiden pada November mendatang ia justru akan merugikan partai sendiri. Baginya Sanders tidak dapat menarik banyak suara.
Menurut wakil presiden Barack Obama itu pencalonan Buttigieg juga 'berisiko'. Sebab Buttigieg belum pernah terpilih untuk jabatan lebih tinggi dari sekedar seorang wali kota kota kecil.
Sementara itu, di forum kandidat di New Hampshire, Buttigieg fokus pada isu-isunya sendiri. Ia mengatakan harus ada perubahan emosi dari 'rasa bersalah dan malapetaka' menjadi kebanggaan agar Amerika dapat maju dalam isu perubahan iklim.